Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kabar

Guru Besar IAIN Cirebon: Penting Wadahi Generasi Muda untuk Cegah Swa-Radikalisasi

Salah Satunya Program Duta Damai dan Sekolah Damai

Admin Islamina by Admin Islamina
08/07/2024
in Kabar
1 0
0
1
SHARES
23
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

BacaJuga

Generasi Muda Patut Waspadai Penyebaran Intoleransi dan Radikalisme Gaya Baru

Ketua BAZNAS RI Tekankan Kebutuhan Ilmuwan Filantropi

Konflik Global Atasnamakan Islam, Gus Yahya: Kampanye Al-Islam Al-Insaniyah Solusinya

Swa-radikalisasi atau meradikalisasi diri secara mandiri masih menjadi fenomena yang  terjadi di kalangan anak muda. Jumlahnya memang tidak banyak, namun potensi kerusakan dan jatuhnya korban jiwa berkat swa-radikalisasi begitu besar hingga sesat pikir ini tidak sepatutnya diabaikan oleh siapapun.

Guru Besar Sejarah Peradaban Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Prof. KH. Didin Nurul Rosidin, M.A., PhD., menjelaskan bahwa penting untuk mewadahi generasi muda dalam suatu komunitas tertentu. Menurutnya, sangat bagus apabila ada inisiatif-inisiatif seperti ini sebagai upaya membangun kesadaran akan bahaya terorisme di tengah masyarakat.

“Selama ini anak-anak muda hanya tahu bahwa terorisme itu adanya di televisi, misalnya ketika terjadi penangkapan dan disiarkan. Padahal terorisme tidak sesederhana itu. Bisa jadi mereka tidak sadar bahwa di sekitar anak-anak ini, misalnya di sekitar lingkungan, atau bahkan di dalam rumahnya sendiri sudah ada proses radikalisasi terhadap mereka. Para anak muda seringkali tidak menyadarinya,” ungkap Prof. Didin, Selasa (6/8/2024).

Menurutnya, kegiatan-kegiatan yang menjawab kebutuhan edukasi generasi muda tentang bahayanya radikalisme dan terorisme sebenarnya sudah berjalan cukup lama. Beberapa program yang diinisiasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT, seperti Duta Damai dan Sekolah Damai, hadir untuk mewadahi generasi muda dan agar jangan terjadi kekosongan pengetahuan akan bahaya laten ideologi transnasional.

Dengan adanya Sekolah Damai atau Duta Damai, kata Prof Didin, akan menjadi sarana yang sangat efektif dalam pencegahan radikalisme dan terorisme di kalangan anak muda. Hal yang selanjutnya perlu diperhatikan adalah sejauh mana sosialisasi telah berjalan agar masyarakat tersentuh oleh program-program seperti ini.

“Karena memang sekarang itu zamannya gadget, dan pola pikir sekarang terkadang jika belum viral, maka belum dikenal. Istilahnya itu, no viral, no justice ataupun no viral, no consciousness. Tidak viral maka tidak ada keadilan atau kesadaran. Maka perlu juga untuk ditambah lagi sosialisasi, dan promosi berbagai program penanggulangan radikalisme terorisme, seperti Duta Damai dan Sekolah Damai ini,” terang Prof. Didin.

Akademisi yang pernah menjabat Wakil Direktur Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini menambahkan pula perlunya terus meningkatkan pengetahuan, terlepas dari tingkatan umur ataupun latar belakang lainnya. Menurutnya, segala pengetahuan yang baik, termasuk ilmu agama, adalah pengetahuan yang bersumber dari sumber yang otoritatif dan bisa tervalidasi kebenarannya.

“Dengan bersandar pada sumber keilmuan yang valid, sebenarnya kita sedang mengamalkan salah satu prinsip dalam epistemologi Islam. Manakala kita mempelajari sesuatu yang tidak diketahui otoritas dan validitasnya, cepat atau lambat kita akan tersesat. Bentuk kesesatan inilah yang seringkali menjadikan seseorang merasa benar sendiri. Ketika dia berpikir demikian, alih-alih sedang belajar, orang seperti ini justru menjadi Tuhan bagi dirinya sendiri (monopoli kebenaran),” tambah Prof. Didin.

Dirinya berpendapat, apa yang dilakukan oleh gerakan radikal adalah seringkali mengambil sesuatu tanpa memastikan apakah ini otoritatif atau tidak. Padahal, kebenaran datang pada orang yang memiliki pemikiran terbuka tentang berbagai kemungkinan. Orang yang terbuka pemikirannya adalah yang selalu mencoba dalam hidupnya untuk membangun sumber-sumber yang otoritatif dan juga bisa dipastikan validitasnya.

Prof Didin menilai bahwa kesadaran untuk mencari sanad atau jalur ilmu yang valid sebenarnya tidak diterapkan hanya ketika belajar agama, ilmu-ilmu lain pun demikian adanya. Khusus dalam ranah ilmu agama, yang seringkali terkait dengan sisi emosi dan keyakinan orang atau pihak tertentu akan kebenaran, maka unsur otoritas dan validitas sangat ditekankan termasuk dalam hal sanad.

“Dalam Islam, tidak semua sanad bisa diakui atau diambil. Andaikata kita berguru kepada seseorang, maka kita juga harus tahu secara jelas siapa gurunya orang tersebut dan sebagainya. Tradisi sanad dalam dunia Islam adalah pondasi paling awal dalam hakikat mencari ilmu. Ketika bicara tentang epistemologi Islam, maka satu hal yang paling fundamental adalah unsur sanad dari ilmu yang dipelajari,” imbuhnya.

Dengan semakin disosialisasikannya program-program kontraradikalisme dan kontraterorisme, Prof. Didin pun berharap generasi muda Indonesia semakin resisten dengan propaganda bermuatan ideologi transnasional. Anak-anak, remaja, hingga masyarakat secara luas perlu melibatkan dirinya untuk membangun ketahanan diri yang baik terhadap paham radikal. Secara tidak langsung, hal ini juga akan menunjukkan rasa memiliki yang kuat dari rakyat Indonesia terhadap bangsanya sendiri.

“Kesadaran membangun resistensi ini tidak bisa hanya ditimpakan kepada BNPT, lembaga pemerintah lainnya, atau bahkan kepada para kiai dan para ulama, tetapi juga harus menjadi kesadaran bersama seluruh masyarakat agar Islam yang rahmatan lil ‘alamin itu bisa benar-benar terwujud. Jika memungkinkan, tidak hanya di Indonesia namun juga di seluruh dunia,” pungkas Prof Didin yang pernah satu pesantren dengan bos JAD, Aman Abdurrahman ini.

Tags: duta damaiGenerali mudaProf Didin Nurul Rosyidinsekolah damaiswa-radikalisasi
Previous Post

Teroris Perempuan Penyerang Mako Brimob Ikrar Setia NKRI

Next Post

Cita-Cita Khilafah Islamiyah: Janji Utopis yang Tak Kunjung Tercapai

Admin Islamina

Admin Islamina

RelatedPosts

Generasi Muda Patut Waspadai Penyebaran Intoleransi dan Radikalisme Gaya Baru
Kabar

Generasi Muda Patut Waspadai Penyebaran Intoleransi dan Radikalisme Gaya Baru

18/11/2024
Ketua Baznas RI
Kabar

Ketua BAZNAS RI Tekankan Kebutuhan Ilmuwan Filantropi

22/10/2024
Gus Yahya PBNU
Kabar

Konflik Global Atasnamakan Islam, Gus Yahya: Kampanye Al-Islam Al-Insaniyah Solusinya

24/09/2024
Hikmah Maulid Nabi Sangat Bagus Untuk Menangkal Penyebaran Radikalisme dan Terorisme
Kabar

Hikmah Maulid Nabi Sangat Bagus Untuk Menangkal Penyebaran Radikalisme dan Terorisme

23/09/2024
Lakpesdam PBNU: Inspirasi Pupuk Kasih Sayang dan Persaudaraan
Kabar

Lakpesdam PBNU: Inspirasi Pupuk Kasih Sayang dan Persaudaraan

12/09/2024
Noor Huda: Cegah Swa-Radikalisasi dengan Penanaman Literasi Digital, Penguatan Narasi Positif, dan Penegakan Hukum
Kabar

Noor Huda: Cegah Swa-Radikalisasi dengan Penanaman Literasi Digital, Penguatan Narasi Positif, dan Penegakan Hukum

13/08/2024
Next Post
Cita-Cita Khilafah Islamiyah: Janji Utopis yang Tak Kunjung Tercapai

Cita-Cita Khilafah Islamiyah: Janji Utopis yang Tak Kunjung Tercapai

Sel-Sel HTI Masih Gentayangan

Sel-Sel HTI Masih Gentayangan

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.