Dalam ritual ibadah haji yang mendatangkan seluruh umat muslim dari penjuru dunia dengan segala keterbatasan yang ada, para jamaah haji dihadapkan pada berbagai tantangan fisik dan emosional, seperti berjalan dalam kerumunan besar ketika Thowaf, Sai, bahkan lempar Jumroh, serta menghadapi cuaca panas yang ekstrem yang tentunya bereda dengan kondisi di tanah air dan mengatasi kelelahan dalam berbagai prosesi ibadah haji. Pengelolaan emosi yang baik menjadi hal yang paling esensial dalam menjaga keseimbangan mental dan spiritual serta fokus dalam melaksanakan ibadah.
Ritual ibadah haji dilakukan dalam waktu yang terbatas sebagaimana yang tertuang dalam surat Al Baqarah ayat 197 “al hajju ashurun ma’lumaat” oleh karena itu, manajemen diri erat kaitannya dengan bagaimana Jemaah haji dapat mengelola waktu dan menentukan skala prioritas. Dengan banyaknya jumlah Jemaah haji dari berbagai negara maka, diperlukan manajemen waktu di mana para jamaah yang hendak melaksanakan ibadah baik di Masjid Nabawi maupun di Masjid Haram harus sudah bergegas sebelum waktu Shalat tiba. Sehingga bisa terhindar dari kemacetan dan penumpukan jamaah. Dalam mendukung pelaksanaan ibadah haji melalui efisiensi manajemen waktu, pemerintah telah memfasilitasi bus shalawat untuk para jamaah yang beroperasi selama 24 jam. Di samping itu, pemerintah telah menyediakan penginapan para jamaah haji yang jaraknya tidak terlalu jauh baik dari Masjid Haram maupun Masjid Nabawi. Pengelolaan waktu pula, menekankan adanya pola istirahat yang seimbang dalam menjalankan berbagai ibadah.
Manajemen diri yang efektif dalam konteks haji melibatkan keselarasan antara aspek fisik, emosional, dan spiritual. Dalam mengelola diri, para jemaah harus menjaga kesehatan fisik dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi serta istirahat yang cukup sehingga dapat menjalankan rangkaian ibadah haji dengan baik, Selain itu, manajemen emosi dan kesabaran akan membantu menjaga fokus pada tujuan spiritual yang sebenarnya, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai kesucian hati sehingga dapat memperoleh predikat haji mabrur. Melalui manajemen diri yang efektif, seorang muslim dapat mencapai kesempurnaan spiritual dalam perjalanan haji mereka.
Ibadah haji merupakan rangkaian ibadah yang melibatkan fisik dan spiritual. Untuk dapat bertransformasi secara spiritual dalam melakukan ibadah haji, tidak hanya dengan memenuhi rukun dan syarat ibadah haji semata, melainkan para Jemaah harus mampu mengelola diri dengan baik sehingga dapat mencapai kesempurnaan spiritual melalui hubungan yang lebih baik dengan diri sendiri, dengan pencipta, dengan sesama manusia dan serta seluruh makhluk Tuhan di muka bumi ini.
*Zaenal Mustakim
Rektor UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan