Ia menekankan pada generasi muda tentang pentingnya untuk tidak melakukan apa yang disebut sebagai truth claim atau klaim kebenaran. Adanya klaim kebenaran secara sepihak sebenarnya menunjukkan kurangnya ilmu di dalam memahami Islam. Oleh karena itu perbanyaklah belajar sehingga bisa mengkontekstualisasikan Islam dalam kehidupan nyata.
Rauf juga menyoroti pentingnya mendapatkan panduan beragama yang valid dan aman. Hal ini bisa dilakukan dengan mempelajari track record dari dai yang diikuti, apakah moderat atau tidak. Sangat disayangkan apabila dai yang kita jadikan panutan justru mengajarkan intoleransi yang sebenarnya jauh dari nilai-nilai keislaman itu sendiri. Beredarnya banyak kajian di internet yang di isi oleh beragam dai seharusnya membuat kita menjadi lebih selektif dalam mencari pelajaran agama.
“Kesalahan dalam memilih guru bisa membentuk dan mengkonstruksi pemahaman beragama menjadi pemahaman yang radikal. Kalau hanya belajar di internet, potensial sekali untuk melenceng dari pemahaman beragama yang sebenarnya,” jelasnya.
Penulis buku “Implementasi Maqasid Syariah dalam Perspektif Kontemporer” ini menekankan bahwa para dai juga memiliki peranan penting dalam memahamkan hijrah secara benar pada masyarakat. Para dai harus bisa menjadi sosok yang solutif dalam menjawab berbagai permasalahan umat. Dai yang berhasil melakukan kontekstualisasi Islam adalah yang dapat menjadi penolong di tengah sempitnya pemahaman beragama.
“Termasuk para dai ini sebenarnya punya dua problem. Di samping dia harus memperbaiki diri dan pemahamannya, dia juga harus menarasikan pemikiran dan pemahaman yang baik kepada masyarakat. Jangan sampai seorang dai malah jadi bagian dari masalah, tapi dia justru harus bisa jadi solusi dari masalah itu sendiri,” pungkas Dr. Rauf.