Oleh karena itu, Kang Arul menambakan, ketika berhadapan dengan sebuah berita, masyarakat harus punya waktu cukup untuk mencerna berita tersebut. Artinya ketika berita atau informasi diterima, tidak bisa serta merta langsung menerima. Kita harus memastikan dulu bahwa ini sumbernya dari mana. Apakah dari media yang ‘ecek-ecek’, atau dari media mainstream. Kemudian, masyarakat harus membaca penuh isi konten, jangan hanya membaca judulnya saja.
“Netizen itu sudah semestinya membaca itu secara penuh. Karena persoalannya ada banyak yang terjadi itu hanya termakan oleh clickbait, dari judul, dari paragraf pertama, dan dia males baca sampai akhir. Itu yang membuat persepsi itu menjadi yang sangat luar biasa, menjadi penyebaran efek domino.”
Membangun Budaya Tabayun
Dengan beragam informasi yang diperoleh di tahun politik ini, sejatinya masyarakat dapat melakukan tabayun sebelum men-share atau bertindak lebih jauh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tabayun memiliki arti pemahaman atau penjelasan. Mengutip buku Akidah Ahklak yang terbitkan oleh Kementerian Agama RI, dijelaskan tabayun atau tabayun memiliki arti mencari kejelasan hingga terang benderang.
Menurut Kang Arul, membangun budaya tabayun dapat dimulai dari diri sendiri. Setiap individu bisa memfilterisasi siapa teman kita di media sosial. Dengan begitu, setiap orang bisa menciptakan pertemanan yang dapat meminimalisir ujaran kebencian maupun hoaks di sekitarnya.
“Ketika teman-teman saya sudah ngomongin politik, sudah bahasanya kasar, saya langsung mematikan notifikasi status-status dia di media sosial. Ada beberapa yang saya langsung unfriend, kenapa? Karena dimulai dari situ, kita memilih siapa teman kita,” ucap Doktor lulusan Universitas Gajah Mada ini. “Matikan saja notifikasinya, jangan muncul di wall kita, itu jauh lebih aman. Karena itu tadi kriteria yang ketiga, bermain tidak sadar, ketika kita dalam kondisi emosinya tidak bagus,” tambah Arul.
Selain itu, Kang Arul juga menegaskan pentingnya kesadaran diri untuk meningkatkan literasi dan verifikasi melalui berbagai informasi dan platform yang tersedia seperti kanal cek fakta dan lainnya. Dengan begitu seseorang akan memiliki kehatihatian dalam menerima atau meneruskan informasi.
Dalam perspektif agama, Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga mengungkapkan pentingnya bertabayun dalam agama, yang tercantum dalam Alquran, Surat Al Hujurat ayat 6.
“Ketika datang informasi kepada dirimu, maka harus bertabayun, mengecek gitu lah, ini cek nih siapa yang menginformasikan, siapa ini asalnya dari mana, isinya apa, jadi jangan buru-buru ditelan,” tutup Kang Arul.