Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kajian
Idul Fitri Kelahiran Kembali Sang Homo Sapiens dan Ridens

Idul Fitri Kelahiran Kembali Sang Homo Sapiens dan Ridens

Idul Fitri, Kelahiran Kembali Sang “ Homo Sapiens dan Ridens”

Muhammad Alwi Hasan by Muhammad Alwi Hasan
03/05/2022
in Kajian, Tajuk Utama
8 0
0
7
SHARES
138
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Tradisi yang berlaku dalam masyarakat kita adalah berkumpul untuk mengenang sejumlah peristiwa sejarah, seperti kelahiran Nabi Muhammad, peringatan Isra’ Mi’raj, Malam Nisfu Sya’ban, dan lain sebagainya. Namun Islam mengenal tradisi perayaan keagamaan terbesar bukanlah termasuk yang disebutkan di atas, melainkan perayaan hari kelahiran kembali manusia, setelah menemukan kembali fitrahnya. Maka bukannya tanpa maksud jika Idul Fitri dilaksanakan sehari setelah menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan, bulan turunnya Al-Qur’an (Hadi, 2016).

Idul fitri atau yang biasa sebut hari raya fitrah merupakan hari raya kesucian manusia. Manusia pada dasarnya suci, oleh karenanya sikap-sikap manusia pun selayaknya menunjukkan sikap – sikap suci. Idul fitri juga dapat diartikan sebagai fitrah atau kesucian asal manusia, karena Allah menciptakan manusia sebagai makhluk suci yang sakral.

BacaJuga

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Mengenai arti penciptaan manusia, dan kedudukannya di alam semesta, Tuhan tak henti-hentinya memberi isyarat  melalui ayat-ayat Al-Qur’an. Jika di dalam  filsafat dan antropologi manusia dikenal sebagai homo sapiens (makhluk bijak) dan  homo faber (manusia kerja), di samping sebutan lain seperti zoon politicon, animal rational, dan animal symbolicium, dalam al- Qur’an berkali-kali dinyatakan bahwa sifatnya sebagai makhluk berakal, bijak dan suka bekerja itulah yang membuat manusia mampu mentransendensikan dirinya, dan mengangkat martabatnya (Hadi, 2016).

Sebagai homo faber misalnya, manusia harus memiliki alat-alat untuk bisa bekerja, yang harus dibuatnya sendiri dengan akal pikirannya. Tetapi manusia tidak bisa berhenti dengan menjadi homo faber  semata. Jika berhenti di situ, jalan untuk menyempurnakan dirinya juga terhenti.

Manusia harus memiliki Ilmu pengetahuan, bahasa dan kebudayaan – serta menguasainya dan mengembangkannya terus. Bahasa dan Ilmu pengetahuan adalah simbol dan sarana yang diciptakan manusia untuk bermacam keperluan hidupnya, seperti berkomunikasi dengan sesamanya dan juga mentransendensikan dirinya. Dalam surat at : Tin [95]: 4 – 5, al- Qur’an  menyatakan, “sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam keadaan yang sebaik-baiknya (ahsan taqwim), kemudian kami kembalikan ke keadaan serendah-rendahnya (asfal as-safilin)”.

Menjadi Homo Sapiens dan Ridens di Hari yang Suci

Di abad Modern ini, dunia tempat hidup manusia mengalami perubahan dan perkembangan begitu pesat terutama ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi memainkan peranan penting dalam hidup manusia, baik pada tingkat kehidupan pribadi dan kehidupan masyarakat maupun pada tingkat kehidupan religiusitasnya (Priyambono, 2014).

Sebagai homo faber manusia dituntut untuk terus menerus berkutat dan memprioritaskan kerja untuk memenuhi kebutuhan duniawinya, dan tanpa sadar ia teralienasi dari diri sejatinya, budayanya, alam, kehidupan politik orang lain, dan bahkan Tuhannya. Kemudian manusia di abad modern ini mulai bertanya-tanya tentang hidupnya, tempat dan tugasnya di alam semesta, keberadaannya bersama orang lain, dan hakikatnya kerohaniannya kepada Sang Ilahi.

Manusia di abad modern tidak pernah lelah untuk terus menerus mencari, mengejar, dan mewujudkan jati dirinya. Jati dirinya menampilkan pertumbuhan dan perkembangan dalam menjalani hidup. Ia ingin membuktikan kelangsungan hidupnya yang penuh dengan kebahagiaan di tengah gelombang arus zaman yang penuh dengan masalah seperti hilangnya arti diri, materialistik, konsumeristik, sekularisme, dan atheisme akibat dari penciptaan diri sebagai homo faber.

Dari sekelumit masalah manusia yang mulai kehilangan unsur spiritualitas dalam dirinya. Manusia perlu mengekspresikan dirinya kembali sebagai Homo Ridens yang memiliki dimensi sosial dan religius. Gambaran Homo Ridens dapat meredakan masalah pribadi, penyakit masyarakat, dan hilangnya kepercayaan kepada Yang Ilahi. Dan dapat mengarahkan kepada sosok manusia yang otentik, bermasyarakat, dan yang memiliki iman yang teguh.

Homo ridens pada dasarnya adalah makhluk sosial. Ia adalah manusia sosial ketika menggambarkan dirinya sendiri di tengah masyarakat. Homo ridens yang mampu menerima orang lain sebagai bagian dari hidupnya, yang dapat menyumbang visi, misi, dan tujuan hidup serta kebebasan, kesadaran, dan tanggung jawab untuk mengekspresikan diri di masyarakat.

Menjadi manusia pada dasarnya adalah memiliki Ilmu pengetahuan yang maju, hikmah yang penuh kearifan, logika atau cara berpikir, seni atau cara berekspresi atau mengekspresikan diri dengan baik dan akhlak. Itulah sumber kekuatan spiritual manusia di samping kemampuan mengendalikan hawa nafsu dan keimanannya. Dalam ayat-ayatnya Tuhan banyak memberi isyarat agar manusia mampu menjadi ketiganya baik homo faber, homo sapiens, maupun homo ridens.

Jika kita memahami pesan di balik perayaan Idul Fitri secara demikian, kita akan memahami betapa mulianya hari kelahiran kembali homo sapiens dan ridens ini, yang bukan sekedar homo faber. Kembali kepada fitrah adalah kembali kepada kualitas kemanusiaan yang membuat kita mampu menjadi Khalifah Tuhan di muka bumi [.]

Page 1 of 2
12Next
Tags: Hari SuciHomo FaberHomo RidensHomo SapiensIdul FitriKualitas KemanusiaanMakhluk SosialMuslim Berkualitas
Previous Post

Meramadhankan Bulan-Bulan Setelah Ramadhan

Next Post

Moderasi Beragama sebagai Tonggak Keutuhan NKRI

Muhammad Alwi Hasan

Muhammad Alwi Hasan

Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

RelatedPosts

dekonstruksi di era digital
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

26/07/2025
Peran Media Sosial Dalam Mewujudkan Siswa Toleran
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

22/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
Next Post
Moderasi Beragama sebagai Tonggak Keutuhan NKRI

Moderasi Beragama sebagai Tonggak Keutuhan NKRI

Netizen Indonesia dari Tak Beradab hingga Haram

Netizen Indonesia, dari Tak Beradab hingga Haram

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.