Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Islam Memuliakan Manusia

Islam Memuliakan Manusia

Islam Memuliakan Manusia

Roland Gunawan by Roland Gunawan
04/12/2021
in Gagasan, Tajuk Utama
36 1
0
37
SHARES
738
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Kita lihat di berbagai wilayah yang dikuasai Islam, khususnya di masa Rasulullah Saw. dan para sahabat, seluruh aliran pemikiran diletakkan di jalan dialog yang kreatif dan produktif. Dalam lingkungan seperti ini, menuntut ilmu menjadi sesuatu kewajiban, dan riset keilmuan (al-bahts al-‘ilmîy) memiliki peranan sangat besar yang tanpa ikatan (tidak dibatasi). Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi,” [QS. Yunus: 101]. Islam memang tidak memberikan bagi kebebasan berpikir ikatan-ikatan dari luarnya, yang penting tidak melanggar dan melabrak kebebasan itu sendiri yang nantinya bisa menyebabkan timbulnya fanatisme dan rasialisme, atau menjadi pintu masuk bagi tabiat-tabiat yang dapat menghancurkan asas-asas yang berlaku di masyarakat.

Kebebasan merupakan nilai kemanusiaan yang sangat luhur, dan ia bisa kehilangan maknanya bila terlepas dari nilai-nilai kebenaran, kebaikan, keindahan, dan keadilan. Kebebasan tidak berlaku bagi orang zhalim dan orang gila. Hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah Saw. dalam sebuah haditsnya yang berbunyi, “Lâ dharara wa lâ dhirâra,” [HR. Imam Malik] yang artinya kurang lebih “tidak membahayakan diri sendiri dan tidak pula membahayakan orang lain”. Menguatkan hadits ini, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Maka tidak ada permusuhan [lagi], kecuali terhadap orang-orang yang zhalim,” [QS. al-Baqarah: 193].

BacaJuga

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

Maka merupakan sesuatu yang wajar bila agama menempatkan manusia sebagai khalifah Allah ‘Azza wa Jalla karena potensi akal, kehendak, dan kebebasannya. Manusia tidak boleh membelenggu potensi-potensi tersebut, tetapi harus membebaskan dan mengembangkannya, serta melakukan ijtihad untuk mendorongnya agar selalu bergerak dan aktif. Dalam hal ini, peran agama cukup memberikan petunjuk dan arahan, serta membiarkan manusia menentukan sendiri perjalanan hidupnya dan menjaga tanggungjawab kekhilafahannya di muka bumi.

Islam mengakui pemikiran dan kebebasan manusia dengan menjadikan proses berpikir sebagai sebuah kewajiban. Bagaimana tidak, sementara Islam—dengan tugas manusia sebagai khalifah—telah mempercayakan kepada manusia untuk mengemban persoalan yang berhubungan sangat erat dengan pilihan hidupnya, seperti masalah keyakinan berikut hal-hal yang berkaitan dengannya berupa prilaku-prilaku dan ritual-ritualnya. Makanya, ayat-ayat al-Qur`an tidak pernah bosan mendorong proses berpikir, kebebasan berpendapat, mengarahkan akal dan mengajaknya untuk tidak mengikuti ilusi-ilusi tak berdasar, tidak mengikuti orang-orang bodoh, dan tidak selalu terpaku pada tradisi nenek moyang yang tidak kontekstual dengan zaman kekiniannya. Dan untuk menjaga akal, Islam juga melarang hal-hal yang dapat merusaknya, seperti minuman keras yang memabukkan, serta melarangnya untuk tidak tunduk kepada berbagai macam despotisme.

Kebebasan berpendapat mempunyai peranan besar dalam mengembangkan dan memajukan peradaban Islam. Lebih dari itu, kebebasan berpendapat juga memiliki kontribusi besar dalam mempersatukan umat Muslim dan menjauhkan mereka dari perang-perang antaragama dan antarsuku/ras seperti yang marak terjadi di dalam peradaban-peradaban lain akibat merebaknya fanatisme. Sejak awal, Islam sebenarnya sudah mengakui pluralitas agama, dan menjadikan ijtihad sebagai tugas mulia bagi setiap muslim sesuai dengan kadar keilmuannya.[]

Baca Juga: Otoritas Politik dalam Negara Khilafah (Bagian 1)


[1]        Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir al-Thabari, Tafsîr al-Thabarîy, Jâmi’ al-Bayân ‘an Ta`wîl Âyi al-Qurân (ed. Muhammad Syakir), Kairo: Dar el-Ma’arif, hal. 15

Page 2 of 2
Prev12
Tags: agama islamFanatismekemuliaankhalifahRasialisme
Previous Post

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 013

Next Post

Jelang Muktamar Pemikiran, Para Kyai dan Nyai Muda Gelar Talkshow Virtual

Roland Gunawan

Roland Gunawan

Wakil Ketua LBM PWNU DKI Jakarta

RelatedPosts

hukum alam
Gagasan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
teologi kemerdekaan
Gagasan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam
Gagasan

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
agama cinta
Gagasan

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

17/07/2025
sound horeg
Gagasan

Sound Horeg: Pergulatan Subkultur dan Diskursus Agama

15/07/2025
Next Post
Talkshow Pra Muktamar Pemikiran

Jelang Muktamar Pemikiran, Para Kyai dan Nyai Muda Gelar Talkshow Virtual

imam al amidi

Saat Imam Al Amidi Terusir dari Mesir

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.