Gaza kembali bergejolak. Hujan roket antara Hamas Palestina dengan tentara Israel berjatuhan di Bumi Gaza. Ribuan nyawa masyarakat sipil dan anak-anak melayang, disamping kondisi Gaza yang porak poranda.
Konflik berkepanjangan ini menyita perhatian banyak negara, khususnya Indonesia yang secara historis selalu memberikan dukungan kepada Palestina di kancah Internasional. Ironisnya konflik Palestina-Israel, dijadikan pengusung ideologi khilafah yang meramaikan media sosial dengan narasi-narasi propaganda pentingnya sistem khilafah untuk memperjuangkan Palestina.
Wakil Sekretaris BPET (Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme) MUI, Dr. M. Najih Arromadloni mengatakan, konflik Palestina-Israel tidak lepas dari politisasi kaum radikal. Isu penegakan khilafah yang menunggangi permasalahan dua negara ini membuat situasi makin kontraproduktif. Pembajakan isu ini hanya akan menyelewengkan atau bahkan menghilangkan fokus dari masalah yang sebenarnya.
“Sebetulnya masalah Palestina ini kan sederhana, ini persoalan kemanusiaan. Makanya beberapa tokoh dunia pernah mengatakan bahwa ‘Anda tidak perlu menjadi muslim untuk membela Palestina, Anda hanya perlu menjadi manusia.’ Ini persoalan kemanusiaan,” ujar Gus Najih panggilan karibnya, Selasa (17/10/2023).
Menurutnya di era modern ini tentunya sangat miris jika masih ada suatu bangsa yang masih belum mendapatkan kemerdekaannya di atas tanah airnya sendiri. Rakyat Palestina masih terus diusir dan ditindas. Wilayah Gaza tak ubahnya seperti penjara yang sangat besar bagi rakyat Palestina yang masih bertahan.
Lebih lanjut Gus Najih mengungkapkan, bangsa Indonesia harus cermat dalam menyikapi persoalan yang muncul ke ruang publik. Perlu diingat bahwa berbagai pergerakan pengusung khilafah ditengarai sebagai gerakan yang digerakkan intelijen untuk membelokkan substansi permasalahannya. Gerakan-gerakan khilafah seperti Hizbut Tahrir didirikan hampir bersamaan dengan dijajahnya Palestina.
“Ketika banyak negara di Timur Tengah memperjuangkan nasionalisme dan independensi Palestina, para pengusung khilafah ini malah mempropagandakan pentingnya sistem khilafah. Propaganda yang mereka bawa seolah membawa angin sejuk, sehingga membius banyak orang dan membuat lupa akan masalah Palestina. Gerakan pengusung khilafah berhasil memecah fokus masyarakat, dari yang tadinya memperjuangkan kemerdekaan Palestina menjadi kampanye penegakan sistem khilafah yang digadang-gadang bisa menciptakan utopia,” jelas Gus Najih.
Untuk itu, Gus Najih berpesan agar semua terus berupaya dalam membela Palestina melalui kerangka yang legal. Sebagai rakyat Indonesia, masyarakat Indonesia bisa menyampaikan aspirasi itu melalui Pemerintah atau melalui perwakilan rakyat yang duduk di parlemen. Selalu hindari upaya-upaya solidaritas yang illegal, bahkan menjurus pada radikalisme.