“Ini berbahaya sekali bagi harmonisasi bangsa kita, bangsa kita yang sungguh sangat kita nikmati hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, dengan tenang, dengan harmoni. Kalau ada kelompok yang memaksakan pemahaman eksklusifnya, dan salah memaknai agama, tentunya itu efek yang sangat berbahaya bagi pemahaman yang mengarah kepada radikalisme itu,” kata Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan.
Dalam kaitannya Ramadan sebagai bulan kemenangan, menurutnya, juga mengingatkan bangsa Indonesia dengan sejarah besar kemerdekaan tahun 1945 silam yang juga diraih saat bulan Ramadan. Dirinya menyebut, momentum ini harus diperingati sebagai momen membangun Indonesia secara lebih baik.
“Ramadan bagi kita bangsa Indonesia adalah sejarah besar, harus menjadi bulan yang mengingatkan kita tentang kemerdekaan yang sesungguhnya. Momentum bagi kita untuk menebarkan kerahmatan, kedamaian, membangun Indonesia secara lebih baik dan secara konstruktif,” ucapnya.
Muammar menyampaikan pesannya kepada segenap umat muslim dan masyarakat Indonesia untuk senantiasa mengingat catatan penting yang tersirat didalam kitab suci Alquran tentang menjaga persaudaraan, yang tidak hanya dibangun selama bulan Ramadan saja tetapi dalam setiap jengkal dan waktu kehidupan bermasyarakat.
“Alquran sudah memberikan catatan penting tentang persaudaraan. Kita selaku manusia dan selaku anak bangsa adalah bersaudara. Jangan dianggap saudara kebangsaan atau ukhuwah kebangsaan (ukhuwah wathoniyah) dan ukhuwah kemanusiaan bukan dari perintah agama. Justru itu perintah agama yang sangat prinsipil,” tandasnya.