Banyak dari anak muda Nahdlatul Ulama (NU), tidak pernah habis memikirkan masa depan jam’iyyah yang mereka hidupkan. Seperti pemilihan Rais Tanfidziyah atau Ketua Umum yang akan berlangsung bulan Desember mendatang, mereka mencoba otak-atik siapa yang pantas memimpin jam’iyyah NU. Jelang satu abad usia jam’iyyah ini, ada beberapa gagasan anak muda NU untuk menapak tilas awal NU, yaitu “Kembali ke Jombang!”.
Pendiri NU terkemuka di samping Hadratus Syaikh KH M Hasyim Asy’ari adalah KH Abdul Wahab Chasbullah. Ketika masa hidupnya beliau juga mengasuh pesantren besar di Jombang yaitu pondok pesantren Bahrul Ulum Tambakberas. Sekarang pengasuh pondok pesantren itu diteruskan oleh KH M Hasib Wahab Chasbullah (Gus Hasib), salah satu putra beliau yang mewarisi pola dan sikap seperti Kiai Wahab sehingga mengerti persoalan bangsa dan sangat menonjol figur keulamaannya.
Gus Hasib ini Kiai yang mempunyai karakter santun, bijak, moderat, toleran dan menguasai tentang politik kebangsaan sebagaimana tipologi keislaman dengan memahami kearifan lokal serta harmonisasi kehidupan masyarakat yang pluralistik. Hal ini tercermin dalam metode pengkajian di pondok pesantren Bahrul Ulum.
Pondok pesantren tersebut tahun ini sedang menampung lebih dari 12.000 santri putra-putri dan mengembangkan lembaga pendidikan mulai TK hingga perguruan tinggi. Gus Hasib kini menjadi figur sentral para Kiai di Indonesia karena berada dalam posisi sebagai tokoh ulama NU yang kharismatik.
Gus Hasib meski sebagai pengasuh pondok pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang juga menjalankan kiprah pada organisasi kemasyarakatan dan memiliki pengalaman yang luas. Secara nasional beliau pernah menjadi anggota DPR RI, ahli di bidang Keislaman dan Politik Kebangsaan, sedang menjabat Ketua Umum HEBITREN (Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren), dan saat ini sebagai jajaran Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Dengan demikian, beberapa pengalaman beliau itu merupakan bukti dan menunjukkan bahwa kapasitas Gus Hasib mempunyai kemampuan yang dimiliki telah sejajar dengan para tokoh nasional lain. Baik tokoh agama maupun tokoh-tokoh yang sedang naik di panggung publik.