“Tradisi ini (ziarah) mari kita imajinasikan untuk NU abad ke-2, yaitu merawat jagat membangun peradaban. Makam atau maqbarah sebagai penopang bagi basis keimanan dan metodologi. Aspek lainnya yakni memanfaatkan kepercayaan kita ke makam auliya’ untuk daya pariwisata”, ucap Suaedy.
Suaedy juga mengatakan bahwa saat ini ada tiga tipologi Sunni yang masih eksis di dunia. Pertama, kelompok Sunni yang masih berbasis isnad dan turats. Kedua, Sunni atau salaf; yang hanya mengambil teks (bukan pengetahuannya). Dan ketiga, Sunni modern; menolak isnad, turats, akomodasi lokal (post-islamism).
“Sunni modern (post-islamism) dengan ideologinya, mengancam keutuhan NKRI. Berkaca dari konflik di Timur Tengah, makam-makam dihancurkan. Kegiatan R20 yang digagas oleh PBNU kemarin, adalah upaya NU mengeliminasi ideologi keagamaan yang selama ini hanya untuk kepentingan kelompok”, imbuhnya.
FGD ini dibuka oleh Direktur Urais dan Binsyar Kemenag RI, Dr. H. Adib, M.Ag. FGD ini juga akan menghasilkan buku adab dalam berziarah bagi umat Islam di Indonesia.