Kekuatan doa kita itu bermacam-macam. Setiap hari kita sebenarnya rutin membaca doa. Doa-doa yang kita panjatkan itu memiliki kekuatan yang besar
Alhamdulillah berkat nikmat Allah yang luar biasa kita masih bisa bangun tidur, menyapa istri dan anak-anak dalam keadaan sehat wal afiat. Bagi para sahabat yang sudah sempat ke masjid atau musholla bisa menyapa tetangga, sahabat dan jamaah lainya. Alhamdulillah betapa baiknya Allah kepada kita, di saat kita istirahat tidur, Allah masih melindungi dan menjaga organ-organ fisik, sel-sel syaraf kita untuk tetap bekerja meski tidak semaksimal seperti di saat kita terjaga.
Baca juga: Tiga Kondisi Saat Kematian
Wujud syukur yang lain selain ucapan Alhamdulillah, kita bersyukur dengan beribadah. Salah satunya adalah sholat lima waktu yang akan menjadi bahasan kita, yaitu panggilan sholat (azan) dan kebahagiaan. Mudah-mudahan masih ingat, di mana pembahasan tantang azan dan kebahagiaan sudah sampai pada kalimat syahadat. Kali ini kita akan bahas kalimat ‘Hayya ‘ala ash-Sholah.”
Hayya ‘ala ash-Sholah
Sebelum ajakan untuk menggapai kebahagiaan (Hayya ‘ala al-falah) ternyata ada beberapa tahapan yang hendaknya kita lakukan. Pertama, pengakuan bahwa Allah yang maha besar yang—seharusnya— menyadarkan diri kita untuk tidak sombong.
Kedua, pengakuan keimanan dengan kalimat syahadat yang juga mengajak kita untuk mengenal Allah (ma’rifatullah) melalui kalimat “asyhadu an la ilaha illallah”.
Ketiga, Pengakuan bahwa Muhammad SAW itu Rasulullah. Pengakuan ini berarti kita berikrar bahwa Muhammad SAW itu Rasulullah, beliau juga uswah dan contoh tauladan kita dalam kehidupan termasuk dalam menggapai kebahagiaan. Yang keempat, yang akan kita bahas saat ini, yaitu sholat.
Dari segi bahasa, sholat berarti doa. Oleh karena itulah sepanjang ibadah sholat yang kita lakukan, tidak sedikit yang berisi untaian kalimat doa. Ketika membaca surat al-Fatihah, ada doa “Ihdina ash-Shiroth al-Mustaqim.” Ketika ruku, I’tidal, sujud dan duduk diantara dua sujud, lalu tahiyat juga ada kandungan doa.
Jadi doa itu sebenarnya sangat dekat dan bahkan bisa dikatakan demikian menyatu pada kita. Oleh karenanya selaku muslim yang baik jangan menyepelekan doa. Karena, maaf bila saya katakan, ada diantara saudara-saudara kita yang menyepelekan doa. Padahal doa adalah senjata orang beriman:
الدعاء سلاح المؤمن وعماد الدين و نور السموات و الأرض ( رواه ابو يعلى و الحاكم عن على)
“Doa itu senjata orang mukmin dan tiang agama serta cahaya langit dan bumi.” (HR. Abu Ya’la dan al Hakim dan ‘Ali RA).
Dalam hadits lain diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ (الترمذي)
Bersabda Rasulullah SAW: “Tidak ada yang dapat menolak qodho (ketentuan) Allah SWT selain doa. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi)
Dari hadits di atas, mungkin muncul pertanyaan : apa iya doa itu bisa menolak qodho?
Untuk menjawab pertanyaan ini, saya kutipkan penjelasan Imam al-Ghazali, sebagaimana terdapat dalam buku “Tidak Ada yang Tidak Mungkin” yang dikarang oleh Ays-Syaikh Musttafa Ibrahim Haqqy. Di mana beliau menjelaskan bahwa di antara qodho ada bala’/musibah yang dapat ditolak melalui doa.