Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

Abd Malik by Abd Malik
02/08/2025
in Gagasan
1 0
0
1
SHARES
25
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

kerusakan alam bukan sekedar persoalan teknis, melainkan krisis ontologis dan epistemologis—krisis tentang cara manusia memahami realitas

Di era modern ini, manusia membanggakan pencapaiannya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari kecanggihan kecerdasan buatan, eksplorasi ruang angkasa, hingga manipulasi genetik, sains seolah menjadi jawaban atas semua persoalan hidup. Manusia saat ini tengah menyaksikan kemegahan peradaban dari kemampuan akal pikirannya yang dahsyat.

Namun, di balik gemerlap pencapaian tersebut, krisis ekologis dan kehampaan spiritual justru semakin mencuat. Banjir, kekeringan, krisis iklim, hingga kerusakan moral dan alienasi manusia dari alam menjadi paradoks di tengah “kemajuan”. Manusia seolah menjadi terasing dalam kemajuan yang sedang dibuat.

BacaJuga

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

Apa persoalan yang terjadi? Banyak kalangan yang kemudian menggerakkan kampanye kepedulian atas krisis lingkungan. Dalam ranah agama, kita sudah lama mendengar gerakan eko-teologi, green religion dan sebagainya. Namun, apakah hal itu cukup menjawab persoalan?

Inilah yang sejak lama dikritisi oleh pemikir Muslim terkemuka, Seyyed Hossein Nasr. Ia tidak berangkat dari dampak yang terjadi, tetapi menyelidiki akar persoalan yang menjadi penyebab utama. Kritik yang diarahkan bukan pada aspek pragmatis, tetapi fondasi kritik filosofis terhadap paradigma berpikir manusia modern. Dengan kata lain, kerusakan alam bukan sekedar persoalan teknis, melainkan krisis ontologis dan epistemologis—krisis tentang cara manusia memahami realitas.

Ilusi Netralitas Sains: Ketika Alam Dikosongkan dari Makna

Menurut Nasr, akar krisis ekologis dan spiritual modern tidak bisa dilepaskan dari desakralisasi alam yang dibawa oleh sains modern. Alam yang dulunya dipandang sebagai ciptaan Ilahi yang penuh makna simbolik dan spiritual, kini direduksi menjadi sekadar objek mekanistik yang bisa diukur, dimanipulasi, dan ditaklukkan.

Duduk perkara sebenarnya adalah bagaimana kita memandang alam semesta. Cara pandang inilah yang menciptakan revolusi pengetahuan yang luar biasa dalam sejarah peradaban manusia. Menyingkirkan kesucian alam dan hubungan tak terpisahkan alam dengan manusia menjadi loncatan besar dalam terciptanya sains dan teknologi modern.

Sains modern—terutama sejak era Newton dan Descartes—memandang alam sebagai mesin raksasa yang tunduk pada hukum-hukum deterministik. Dalam pandangan ini, tidak ada lagi tempat bagi dimensi metafisik atau makna spiritual dalam semesta.

Akibatnya, pandangan yang semata-mata materialistik ini menyingkirkan sakralitas dari realitas. Hubungan manusia dan alam menjadi timpang: manusia merasa sebagai penguasa yang sah atas alam, bukan sebagai bagian darinya yang harus hidup selaras dan bertanggung jawab.

Pengetahuan yang lahir dari sains modern bersifat kuantitatif, terpisah dari nilai-nilai suci dan moral. Alam kehilangan ruhnya—ia tidak lagi menjadi “ayat-ayat Tuhan” yang mengarahkan manusia pada perenungan dan kesadaran ilahiah. Alam hanya obyek dari pengetahuan saintifik yang layak dieksplorasi dan dieksploitasi.

Manusia sebagai Pusat, Tuhan Tersingkir

Krisis ini semakin dalam karena dalam paradigma sains modern, manusia dijadikan pusat pengetahuan dan keberadaan. Akal dianggap sebagai otoritas tertinggi, sementara wahyu dan tradisi dipinggirkan. Ini menghasilkan apa yang disebut Nasr sebagai “kejatuhan manusia ke bumi yang baru”—dunia yang dibayangkan sebagai tempat kebahagiaan karena dikuasai akal dan teknologi, namun sejatinya adalah dunia ilusi, karena manusia telah kehilangan keterhubungan dengan surga, tempat kebahagiaan hakiki.

Continue Reading
Page 1 of 2
12Next
Tags: eko-teologikerusakan alamsains modernsayyed hossein nasr
Previous Post

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

Next Post

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Abd Malik

Abd Malik

Penulis dan penikmat kopi, bisa dihubungi melalui : abdmalik82@icloud.com

RelatedPosts

hukum alam
Gagasan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
teologi kemerdekaan
Gagasan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
agama cinta
Gagasan

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

17/07/2025
sound horeg
Gagasan

Sound Horeg: Pergulatan Subkultur dan Diskursus Agama

15/07/2025
Pelajaran Agama Islam, Untuk Apa?
Gagasan

Bid’ah Maulid dan Sederetan Bid’ah yang Menyiarkan Kebesaran Islam

08/10/2024
Next Post
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    255 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.