KH. Ali Maksum merupakan salah satu kyai kharismatik yang dikenal banyak kalangan karena kejeniusannya serta mampu mengkader banyak tokoh-tokoh nasional. Beliau merupakan putra dari KH. Maksum yang lebih dikenal sebagai pendiri dan pengasuh pesantren Al Hidayat Lasem, Rembang.
KH. Ali Maksum pernah nyantri di Pesantren Termas, Pacitan. Pesantren ini terkenal dikarenakan salah seorang tokohnya menjadi ulama besar di Makkah yaitu Syeh Mahfudz At Tarmasi yang merupakan saudara kandung dari Kyai Dimyati bin Abdullah yang memimpin pesantren saat KH. Ali Maksum menjadi Santri.
Salah satu buku yang mengkaji tentang Ahlussunnah wal Jamaah karya Ulama Nusantara yaitu Kitab Hujjah Ahlussunnah Wal Jama’ah karya KH. Ali Maksum Krapyak.
Dalam muqaddimah kitab tersebut beliau menjelaskan bahwa
لما رأيت مسيس حاجة اخواني الطلبة بالمعهد الإسلامي (كـرابياك جقجاكرتا) خصوصا و غيرهم من امثالي القاصرين عموما الى بيان : أمثلة من المسائل التي لا ينبغي تبادل الإنكار فيها, مثل مسألة قبلية الجمعة و مثل مسألة تلقين الميت بعد الدفن و نحوهما. و أمثلة من المسائل التي أجمع عليها و تمسك بها أهل السنة و الجماعة, مثل مسألة ثبوت شهري رمضان و شوّال بالرؤية و مثل زيارة القبور و نحوهما كي لا يستولي عليهم في دينهم الوساوس و الأوهام الباطلة و لا يتسلط عليهم الشيطان و اولياؤه بالإغواء و الإضلال, و لا يغـتروا تلبيسات اهل الأهواء, و ان كثر القيل و القال, و يعلموا حقا أن ما عليه السلف الصالح هو الحق المتـبع. فما بعد الحق الا الضلال؟
Artinya:
Saya memperhatikan para santri Pondok Krapyak Yogya khususnya dan kaum muslimin yang sangat terbatas keilmuannya pada umumnya sangat membutuhkan penjelasan tentang beberapa persoalan agama yang nampaknya sepele dan sebaiknya tidak perlu dipertengkarkan diantara sesama muslim, seperti masalah shalat sunnah qabliyah jum’at, talqin mayit dan lainnya.
Juga beberapa persoalan agama yang sudah disepakati dan dipegangi oleh golongan Ahlussunnah wal Jamaah dalam kehidupan beragama seperti penetapan awal bulan Ramadhan dan Syawwal berdasarkan rukyatul hilal, berziarah kubur, dan lainnya agar mereka tidak lagi merasa waswas dan ragu terhadap kebenaran amaliyah keagamaan mereka, tidak dijerumuskan oleh setan, tidak terjerumus ke jurang kesesatan, tidak mudah terkecoh dengan berbagai pandangan ngawur para pemuja hawa nafsu, dan agar mereka mengetahui dengan sebenarnya bahwa apa saja yang telah dilakukan oleh para ulama salaf as-shalih itu semuanya benar dan mesti diikuti, karena selain yang haq itu sesat.
Pandangan Ulama Seputar Pahala Bacaan Al Qur’an
Dalam pembahasan pertama dalam kitab tersebut seputar pahala bacaan Al Quran, sedekah sampai kepada orang yang telah meninggal atau tidak?
KH. Ali Maksum menjawab pertanyaan diatas dengan mengutip perkataan Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawanya yang mengatakan:
إن الميت ينتفع بقراة القرآن, كما ينتفع بالعبادة المالية من الصدقة و نحوها.
Artinya:
Mayit dapat mengambil manfaat dari pahala bacaan ayat Al-Qur`an orang lain yang dihadiahkan kepadanya, hal ini sebagaimana ia juga dapat mengambil manfaat dari pahala ibadah maliyah (harta) seperti shadaqah dan sejenisnya.
Disamping itu, KH. Ali Maksum memaparkan beberapa pendapat dari kalangan empat Madzhab.
Madzhab Hanafi
Menurut Pendapat Ulama Madzhab Hanafi yang menyatakan bahwa
ان كل من أتى بعبادة سواء أكانت صدقة أم قراءة قرآن او غير ذلك من انواع البر, له جعل ثوابها لغيره و يصل ثوابها اليه.
Setiap orang yang melakukan amal ibadah, baik yang berbentuk shadaqah, bacaan ayat Al-Qur`an, maupun amal sholeh lainnya, ia boleh menghadiahkan pahalanya kepada orang lain dan kiriman pahala tersebut sampai kepadanya.