Dikatakannya, radikalisme dan intoleransi ini telah dikondisikan secara sistematis dan terstruktur. Oleh karenanya perlu konsolidasi agar nilai-nilai yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia tidak bisa memporak-porandakan NKRI.
“Ini menjadi sebuah hal yang harus diwaspadai agar tidak mudah di propaganda dengan nilai yang tidak sesuai jati diri Indonesia. Namun sampai hari ini kita harus bersyukur karena Indonesia memiliki daya tahan yang baik dalam mengahadapi berbagai rintangan hingga krisis,” tegasnya.
Menjelang peringatan Hari Santri yang jatuh pada tanggal 22 Oktober mendatang, ia berharap dan mendorong peringatan tersebut menjadi sebuah momentum untuk terus semakin meningkatkan kesejahteraan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang nyata-nyata eksis di dalam masyarakat. Itu penting agar semangat untuk terus meningkatkan kesejahteraan, perlu dilakukan langkah-langkah komunikasi dengan berbagai pihak, baik dengan pemerintah dan juga kalangan dunia usaha.
Menurutnya, menjadi sebuah modal dan sebuah kolaborasi yang bisa menjadikan peningkatan peran pesantren sebagai lembaga pendidikan yang ikut mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia, yang salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Kita berharap setiap tahun menjadi sebuah momentum dalam penguatan lembaga pondok pesantren yang eksis di tengah-tengah masyarakat,” kata Kepala BNPT.