Lamongan, (12/7/2023). Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU menyelenggarakan Halaqah Ulama Nasional dengan tema Menyambut Peradaban Baru, Menguatkan Pesantren dan Revitalisasi Kitab Kuning. Halaqah ini dihadiri tak kurang dari 500 orang Kiai/Bu Nyai se-Indonesia, baik dari unsur pengasuh pesantren, asosiasi pondok pesantren, Majelis Masyayikh.
Hadir sebagai pembicara kunci menteri Polhukam Prof. Dr. Mahfud MD. Dalam pemaparannya Mahfud menegaskan bahwa peranan pondok pesantren tidak bisa dipisahkan dalam memperjuangkan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Hal itu dibuktikan dengan adanya Hizbullah yang bertugas untuk memperjuangkan kemerdekaan yang diinisiasi oleh para santri dari berbagai pondok pesantren.
Pasca kemerdekaan para santri memegang posisi penting di pemerintahan seperti K.H. Abdul Wahid Hasyim ketika menjadi menteri agama membuat kebijakan strategis yang memihak kepada pesantren bahwa tidak ada dikotomi keilmuan di pesantren. Bahwa pendidikan di pesantren memadukan antara pengetahuan agama yang dapat menghasilkan Iman dan Takwa serta pengetahuan umum yang dapat menghasilkan santri yang berkontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di sisi lain, Wahid Hasyim menyamakan bahwa sekolah berbasis pesantren itu sama dengan sekolah umum. “SMA sama dengan Aliyah, MTS sama dengan SMP. Sehingga memunculkan banyak para santri yang memiliki berbagai keahlian yang diakui di berbagai lembaga pemerintahan” tutur Mahfud