Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
agama cinta

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

Catatan untuk Kurikulum Cinta

Abd Malik by Abd Malik
17/07/2025
in Gagasan
1 0
0
1
SHARES
13
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Tentu saja kita ingat Nietzsche dengan proklamasi “Tuhan telah Mati”. Pernyataan ini tidak bisa dipahamai sebagai deklarasi ateisme, tetapi dentuman keras untuk meruntuhkan singgasana agama institsuional. Caputo menafsirkan kalimat provokatif itu sebagai panggilan untuk membebaskan spiritualitas dari kekakuan moral dan institusional. Nietzsche mendorong manusia untuk menciptakan nilai-nilai baru, dan dalam hal ini Caputo melihat kemungkinan kelahiran agama cinta tanpa Tuhan hegemonik.

Apa poin penting dari agama yang lahir dari cinta ini? Agama cinta sebagai agama masa depan harus berangkat dari membongkar cara pandang dan bentuk agama yang tertutup, menindas dan kehilangan semangat kasih universalnya di tengah semesta. Agama bukan sekedar kumpulan hukum, tetapi semesta kasih. Agama bukan institusi, tetapi gejolak hati. Agama bukan dogma, tetapi kerinduan. Dan agama bukan sesuatu yang final, tetapi proses tanpa henti yang mengandaikan keterbukaan.

BacaJuga

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

Inspirasi penting dari The Future of Religion -nya Caputo bahwa agama masa depan bukan soal klaim kebenaran yang keras, tetapi tentang saling mencintai, berharap kepada keadilan yang belum datang, dan tentang menghidupi iman di tengah ketidaktahuan dan luka dunia. Dalam dunia yang plural dan terpecah, agama cinta adalah satu-satunya bentuk agama yang bisa bertahan, berkembang, dan memberi makna.

Menggagas Agama Cinta di Sekolah

Dalam konteks dunia pendidikan, agama cinta memberikan inspirasi penting dalam merumuskan “kurikulum cinta”. Kurikulum ini bukan sekedar kumpulan materi hafalan dan capaian kognitif , tetapi proses membentuk manusia dengan karakter penuh kasih, terbuka, kritis, dan berani berharap.

Kurikulum cinta mengandaikan lompatan pemikiran keagaman dari konstruksi kesalehan tradisional menuju kesalehan yang lebih terbuka. Ia harus Mengajarkan penghormatan terhadap keragaman (agama, budaya, pendapat), mengembangkan kesadaran akan tanggung jawab etis terhadap sesama dan lingkungan, dan menumbuhkan semangat harapan di tengah luka dan ketidakpastian zaman.

Kurikulum cinta harus memulai dengan mengajarkan siswa untuk mencintai “ketidaktahuan” sebagai awal pengetahuan. Pendiikan agama bukan takut terhadap keraguan dan khawatir terhadap keroposnya iman. Iman yang kokoh lahir dari cara berpikir reflektif dan kritis, bukan menghafal dogma dan manual ritual semata.

Beragama bukan diajarkan sekedar sebagai bentuk kepatuhan, tetapi panggilan etis dalam menerapkan cinta kasih. Kurikulum cinta harus menumbuhkan kesadaran universal umat beragama tanpa pandangan yang ekslusif dan segregatif. Mengajarkan agama bagi anak bukan untuk mencetak para penjaga kebenaran tunggal yang saling berkompetisi, tetapi mencetak anak yang bisa berkolaborasi dalam menjawab problem kemanusiaan dan lingkungan.

Ala kuli hal, kurikulum cinta dengan nilai agama cinta ingin membangun sekolah sebagai ruang aman untuk anak tumbuh dengan keimanan yang dinamis, kolaboratif dan empati. Bukan ruang bagi anak yang takut akan salah, tertekan dengan dogma yang memaksa, dan anak yang merasa paling benar dengan menyisihkan ruang nyaman bagi orang lain.

Buatlah ruang belajar yang mendorong anak merenung, mengungkapkan dan menulis pengalaman, kegelisahan dan harapan sebagai umat beragama. Buatlah proyek-proyek sosial yang mendorong anak mampu berkolaborasi dengan empatik baik dengan lingkungan sosial dan alam.

“Yang religius bukan soal kepatuhan, tapi soal kerinduan dan harapan.”

 

Page 2 of 2
Prev12
Tags: agama cintakurikulum cinta
Previous Post

Sound Horeg: Pergulatan Subkultur dan Diskursus Agama

Next Post

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

Abd Malik

Abd Malik

Penulis dan penikmat kopi, bisa dihubungi melalui : abdmalik82@icloud.com

RelatedPosts

hukum alam
Gagasan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
teologi kemerdekaan
Gagasan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam
Gagasan

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
sound horeg
Gagasan

Sound Horeg: Pergulatan Subkultur dan Diskursus Agama

15/07/2025
Pelajaran Agama Islam, Untuk Apa?
Gagasan

Bid’ah Maulid dan Sederetan Bid’ah yang Menyiarkan Kebesaran Islam

08/10/2024
Next Post
Peran Media Sosial Dalam Mewujudkan Siswa Toleran

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

iran

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.