Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Peradaban
Melacak Keabnormalan Dalam Islamisasi Tanah Jawa (2)

Melacak Keabnormalan Dalam Islamisasi Tanah Jawa (2)

Melacak Keabnormalan dalam Islamisasi Tanah Jawa (2)

Syahril Mubarok by Syahril Mubarok
16/07/2021
in Peradaban, Tajuk Utama
14 1
0
14
SHARES
278
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Pada artikel seri kedua ini, keabnormalan islamisasi tanah Jawa tentang problem aliran yang dianut oleh warga pribumi. Aliran ini terkenal menyeramkan, sampai-sampai Sunan Bonang pun dibuat repot oleh mereka. Ritual-ritualnya pun sekarang dimodifikasi menjadi bagian dari culture and religion Islam Indonesia.

Sebelum upaya islamisasi Nusantara, ada satu sekte atau aliran dari Siwa-Budha yang terkenal menakutkan pada masa pra-Islam. Aliran ini dikenal dengan nama Bhairawa Tantra. Penganut Bhairawa ini mulai menyebar di bumi Nusantara sekitar abad ke-7 M. 

BacaJuga

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

Dalam prasasti Talang Tuo Palembang (bertahun 684 M), ditemukan tulisan Vajrasarira yang berarti “berbadan baja” dan dapat disamakan dengan pengawakbraja dalam bahasa Jawa (Mukaffa, 2017). Bisa dikatakan ajaran Bhairawa Tantra dari Siwa-Buddha ini telah masuk di tanah air melalui Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 M. atau sebelum kerajaan Majapahit berdiri (Widnya, 2008). Namun, belum ada kese­pakatan dari para ahli mengenai waktu aliran ini masuk ke kawasan Nusantara (Soediman, 1977).

Sekte Bhairawa muncul pada abad ke-6 di Benggala Timur (sekarang negara Bangladesh). Mereka menyebar ke utara melalui Tibet, Mongolia, kemudian importasi ke Tiongkok dan Jepang. Persebaran ke timur juga hadir di Nusantara. Sekte ini timbul di Sumatra pada abad ke-11, kemudian menyebar ke timur sampai ke Jawa. Pada masa Singasari, aliran ini semakin meluas dan muncul kembali di Sumatra pada masa Adityawarman (Putri, 2016).

Lalu kenapa aliran Bhairawa Tantra ini bagian dari representasi “menakutkan”?. Secara teori, ada lima subjek ajaran dalam aliran ini, diantaranya penciptaan, dan penghancuran alam semesta, pemujaan dewa dan dewi, pencapaian kekuatan gaib, dan penyatuan dengan Yang Maha Tinggi (Ariati, 2016). Pada kenyataannya kandungan Tantra hampir seluruhnya bersifat magis dan mistis.

Seperti agama-agama yang lainnya. Dalam aliran ini juga terbagi menjadi dua, “Tantra Kanan” dan “Tantra Kiri”. Adapun yang memang lebih radikal adalah Tantra Kiri. Mereka antinomianisme atau menyimpang dari esensi ajaran agama. White dalam “Tantra in Practice” menunjukkan bahwa ritual keagamaan yang dilakukan aliran ini dengan sesuatu yang dilarang dalam agama yang disebut Panca Tattva atau Pancamakara (White, 2000). 

Bagi sekte ini, untuk mendapatkan pembebasan spiritual tertinggi dan abadi, harus melakukan Pancamakara (lima tahapan ritual). Lima tahapan ritual dimaksud meliputi matsya (memakan daging), mudra (biji-bijian kering), mada (meminum minuman keras), mantra (nyanyian mantra Tantra khusus), dan maithuna (hubungan seksual) (Kinsley, 1982). Tradisi keagamaan ini menjadi bagian penting dari ibadah para penganut Bhairawa Tantra yang dikenal luas dalam agama Hindu-Budha.

Santiko pada jurnal yang berjudul “Agama dan Pendidikan Agama Pada Masa Majapahit”, menjelaskan kalau penganut Bhairawa melakukan tapas yang sangat keras, menghuni ksetra (kuburan), menjalankan korban diri sendiri, memakan daging manusia atau binatang, serta meminum darah (Santiko, 2012). Pada kitab “Tantu Panggelaran” yang menceritakan tentang tokoh-tokoh penganut agama Bhairawa digambarkan bahwa:

Page 1 of 2
12Next
Tags: Bhairawa TantraIslam di Tanah JawaIslam NusantaraIslamisasiislamisasi nusantaraSejarah IslamWali Songo
Previous Post

Tentang Lafadz Allah dalam Islam

Next Post

Memahami Makna dan Tujuan Doa

Syahril Mubarok

Syahril Mubarok

Netflix dan Kopi Hitam

RelatedPosts

edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
sejarah maulid
Peradaban

Sejarah Perayaan Maulid Nabi di Nusantara: Dari Wali Songo hingga Tradisi Daerah

25/09/2024
Next Post
Memahami Makna Dan Tujuan Doa

Memahami Makna dan Tujuan Doa

Perjalanan Pemikiran Ibnu Rusyd: Latarbelakang Sosio-historis (1)

Perjalanan Pemikiran Ibnu Rusyd: Purifikasi Akidah (2) 

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.