Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Memaknai Kembali “islam Kita”

Memaknai Kembali “islam Kita”

Memaknai Kembali “Islam Kita”

Hatim Gazali by Hatim Gazali
28/05/2020
in Kolom
4 0
0
4
SHARES
78
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Islam bagi banyak orang masih diyakini sebagai agama yang paling benar, tanpa ada kesalahan sama sekali, sedangkan orang lain adalah terperosok pada kesesatan. Dukungan Al-Qur’an (QS. 33;40) bahwa Muhammad sebagai penutup nabi, Islam sebagai agama yang paling sempurna (QS, 5:3), umat Islam mengganggap bahwa agama diluar dirinya adalah salah. Akibatnya, muncul sebuah pertentangan, clash, konflik, pertumpahan daran lantaran adanya truth claim tersebut. Pemahaman orang lain dipaksakan harus sama dengan pemahaman dirinya. Bahkan, dalam internal Islam, pertentangan, konflik yang didasari oleh perbedaan pemahaman seringkali mencuat adanya.

Perlu ditegaskan, bahwa Islam adalah agama yang tidak keluar dari historitas manusia. Islam yang kita anut sekarang ini bukanlah Islam yang lahir secara instan, tanpa proses jalur manusia dan sejarah. Pertanyaannya, benarkah agama yang kita anut sekarang ini sama seperti Islam pada saat Nabi ?. Tidakkah didalamnya terdapat perubahan atau bahkan distorsi besar-besaran yang dikakukan oleh sekelompok orang setelah Nabi wafat?. Dan, jika ternyata Islam yang kita anut sekarang ini berbeda dengan islamnya Muhammad, apakah kita termasuk kafir, murtad ataukah masih tergolong Islam.?.

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Islam yang kita anut sekarang ini sudah berbeda jauh dengan Islam masa Muhammad. Sebab, konteks sosial-budaya-politik ternyata juga ikut membentuk karakteristik dari Islam. Jika pada masa Nabi, Islam tidak berhadapan dengan hegenomi Barat yang kapitalistik sekompleks sekarang, maka tentu konstruksi Muhammad terhadap Islam tidaklah sulit. Dan, tantangan zaman yang berkembang pula sudah tidak tertandingi lagi saat ini.

Sekalipun berbeda dengan Islam Muhammad, Islam sekarang ini tidak bisa disalahkan jika secara subtansi tidak melenceng dari Islam Muhammad. Islam pada masa Muhammad adalah Islam yang bergerak untuk membebaskan, toleran, populis, maka Islam sekarangpun harus demikian. Jika ternyata Islam yang kita anut ini sudah kehilangan daya kritisnya, pro-status qou, hanya menjadi simbol, maka Islam seperti itulah sebenarnya yang sudah melenceng dari Islam yang telah digariskan oleh Muhammad. Sekalipun ia rajin ibadah, berpuasa namun dalam aksi sosialnya justru bertentangan dari pesan dari ibadah itu, maka orang tersebut sudah mendistorsi Islam. Islam hanya dipahami sebagai sebuah ritualistik yang kering akan makna sosial.

Bahkan, Islam yang kita anut pada dasarnya berbeda antara yang satu dengan yang lain. Ada Islamku, Islam anda dan Islam kita. Jangan disangka Islam yang saya anut sama seperti Islam orang lain. Islam saya memilki karakteristik dan ciri tertentu, berbeda dengan Islam yang lain. Begitu seterusnya. Islam selalu masuk dalam ruang manusia secara plural. Munculnya madzhab Syaifi’ie, Hambali, Hanafi, Malik merupakan konsekwensi dari adanya perbedaan pemahaman tentang Islam. Itulah yang saya maksud sebagai “Islam saya, Islam Anda”.

Maka tidak mengherankan ketika muncul perbedaan pendapat tentang Islam. Munculnya madzhab Syafi’i, Hanafi, Hambali, Maliki fiqh, As’ariyah, Jabariyah, Mu’tazilah, Syiah dan sebagainya adalah salah satu contoh adanya perbedaan pemahaman tentang Islam. Singkatnya, pemahaman kita tentang Islam sangat terkait dengan lokalitas dan psikologi masing-masing muslim. Islam tidak bisa digeneralisir.

Disamping itu, Islam yang kita anut sekarang ini adalah Islam warisan orang tua dan lingkungan setempat, tidak berasal dari kehendak kita sendiri. Jika Bapak/ibu Islam dapat dipastikan anaknya akan Islam juga. Kalau si anak tidak mengikuti agama bapak/ibunya, akan mendapatkan perlakuan yang tidak adil, atau bahkan kekerasan. Karena inilah sebenarnya yang membuat Islam tidak bisa bergerak cepat seiring dengan perubahan zaman. Sebab, Islam yang kita anut ini tidak berasal dari kesadaran dan kritisisme yang mendalam. Sementara orang tua (bapak/ibu) tidak memiliki kesadaran pluralisme dan inklusivisme.

Page 1 of 2
12Next
Previous Post

Jihad Melawan Kuffar

Next Post

Menyikapi Hal yang Dianggap Benar

Hatim Gazali

Hatim Gazali

Pemimpin Redaksi Islamina.id | Dosen Universitas Sampoerna | Ketua PERSADA NUSANTARA | Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah PBNU

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali
Kolom

Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali

18/06/2024
abdullah annaim
Biografi

“Negara Sekuler” ala Abdullahi An-Naim: Negosiasi Agama dan Negara Melawan Konservatisme

27/04/2024
Next Post
Menyikapi Hal Yang Dianggap Benar

Menyikapi Hal yang Dianggap Benar

Mempertimbangkan Gagasan Eco-theology

Mempertimbangkan Gagasan Eco-Theology

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.