Para pegiat Pancasila terlalu sibuk dengan wacana Pancasila yang hanya dibungkus dengan peristiwa masa lalu, dan percakapan ideologis melalui penyandingan dengan ideologi-ideologi lainnya. Percakapan yang terlalu teoritis, historis, dan filosofis tentang Pancasila ini menjadikan Pancasila hanya sebagai percakapan orang dewasa yang gila ilmu pengetahuan. Akibatnya, Pancasila sebagai ideologi negara tak dirasakan oleh segenap anak bangsa. Kekosongan ideologi di hati anak-anak muda ini pada gilirannya diisi oleh ideologi lain; seperti islamisme, individualisme.
Kita perlu menghidupkan Pancasila, mulai dari materi sampai pada bagaimana mengampanyekan Pancasila. Tak cukup hanya dengan mengatakan “semua warga negara harus memercayai Pancasila”. Lebih dari itu, Pancasila harus diturunkan sesuai dengan tingkat selera dan percakapan berbagai level masyarakat. Mempraktikkan nilai-nilai Pancasila sekalipun tak menyebut kata Pancasila jauh lebih penting ketimbang koar-koar tentang Pancasila tetapi pada saat bersamaan melakukan korupsi, kekerasan, intimidasi, dan kekerasan kepada orang lain, misalnya.