Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Menyikapi Hal Yang Dianggap Benar

Menyikapi Hal Yang Dianggap Benar

Menyikapi Hal yang Dianggap Benar

Hatim Gazali by Hatim Gazali
28/05/2020
in Kolom
4 0
0
4
SHARES
75
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Islam Liberal memaknai agamanya sesuai dengan paradigma (manhaj) yang dibangunnnya. Begitu pula dengan Islam fundamentalis. Dua paradigma antara tekstual dan kontekstual di atas akan semakin nampak manakala diterjemahkan pada tingkat praksis. Kalangan fundamentalis menyakini agama melalui seruan jihadnya dengan pedang, bom atau senjata yang siap dihunuskan kepada musuh-musuhnya. Kekerasan baginya merupakan jalan satu-satunya untuk melawan kalangan tertentu yang dianggap musuh. Sementara Islam liberal (atau Islam subtantif) memaknai agamanya penuh dengan kesantunan, dan pesan perdamaian dan anti kekerasan, sehingga segala bentuk kekerasan dianggap menyalahi agamanya. Maka, konfrontasi antara dua aliran keagamaan ini tidak terbendung lagi.

Sebenarnya, dua pola pemikiran keagamaan di atas dalam studi pemikiran Islam, bukanlah hal baru. Sejak awal-awal pertumbuhan Islam, dua paradigma tersebut muncul sebagai upaya memahami kehendak Tuhan. Munculnya aliran dalam teologi Islam, madzhab-madzhab dalam fikih bisa dijadikan referensi bahwa Islam ketika menyejarah kebenarannya bersifat partikular dang sangat historis.

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Bahkan perbedaan pandangan dalam memahami pesan Tuhan sudah terjadi sejak masa Muhammad. Namun perbedaan itu bisa diminimalisir, karena Muhammad merupakan pemegang otoritas dalam memahami ide Tuhan. Sikap Muhammad ketika menghadapi perbedaan itu sangat toleran dan inklusif.

Pertanyaannya, bagaimana kita menyikapi dua arus pemikiran di atas ? Apakah kita hendak mengikuti salah satunya atau justru kita ke luar dari salah satu paradigma pemikiran di atas. Atau perlukah memunculkan aliran baru yang bisa mempertemukan dan mengadili dua paradiga tersebut, sehingga pandangan-pandangan kontroversial tidak lagi bercokol di muka bumi ini ?.

Maka untuk menyikapinya dua paradigma berfikir diatas (manhaj al-fikr), kita patut menyegarkan kembali ingatan kita pada ungkapan ulama salaf “ra’yuna shawab yahtamilu al-khatha’, wa ra’yukum khatha’ yahtamilu al-shawab” [Pendapat kami adalah benar, tapi mempunyai potensi untuk salah dan pendapat Anda salah, tapi mengandung kemungkinan untuk benar].

Jadi, potensi benar sama dengan potensi untuk salah baik pada Islam liberal ataupun Islam fundamentalis. Islam Fundamental tidak selamanya salah dan keras, dan islam liberal tidak seterusnya benar. Kedunya Karena itulah dua paradigma pemikiran keagamaan di atas harus didudukkan secara sejajar. Islam liberal tidak diposisikan sebagai paradigma yang lebih unggul, dan begitu pula sebaliknya, Islam fundamental tidak berarti lebih superior dari Islam liberal.

Seharusnya, munculnya perbedaan (ikhtilaf) pandangan patut disambut dengan baik dan arif, bukan memaki salah satunya. Sebab, adanya keragaman pemikiran merupakan bukti bahwa Islam (Islam yang saya maksud adalah Islam in mind yang menyejarah, bukan Islam sebagi teks) sangat bermacam-macam tergantung orang yang memahaminya. Jika arif dalam memandang adanya kepelbagaian pandangan, maka tidak akan mengklaim salah satu diantaranya sebagai kebenaran mutlak.

Karl. Popper dengan teori falsifikasinya mengatakan, kebenaran baru dianggap benar manakala ada celah untuk menyalahkannya. Sebab menyalahkan salah satunya merupakan bentuk dari sikap ekstrem.

Perbedaan pemahaman itu adalah wajar, sejauh tidak saling menyalahkan antara yang satu dengan lainnya, membenarkan hanya pendapatnya yang benar serta tidak bertindak anarkis dan destruktif. Ketika perbedaan tersebut berakibat pada pengrusakan, pengeboman, pembakaran dan kekerasan lainnya, di saat itupula kekerasan atas nama agama semakin menjadi-besar.

Kekerasan akan dibalas dengan kekerasan pula, begitu seterusnya, dimana kekerasan setelahnya akan lebih dahsyat dari yang sebelumnya. Mendikotomikan dua kerangka berfikir di atas untuk mencari-cari pada siapa kebenaran berpihak, adalah merupakan pekerjaan yang sia-sia dan semakin memperparah perdebatan di antara kedua kubu aliran di atas.

Ketidakarifan dalam memandang dua pola pemikiran keagamaan di atas, tidak saja berakibat pada pertentangan, adu argumentasi, adu kebenaran, tapi seringkali berujung pada pertengkaran fisik, pembunuhan. (Hatim Gazali)

Reference:http://www.suaramerdeka.com/harian/0407/16/opi03.htm

Page 2 of 2
Prev12
Previous Post

Memaknai Kembali “Islam Kita”

Next Post

Mempertimbangkan Gagasan Eco-Theology

Hatim Gazali

Hatim Gazali

Pemimpin Redaksi Islamina.id | Dosen Universitas Sampoerna | Ketua PERSADA NUSANTARA | Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah PBNU

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
maulid nabi
Kolom

Pribumisasi Makna Maulid Nabi di Nusantara: Harmoni Agama dan Budaya Lokal

27/09/2024
Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali
Kolom

Penafsiran Mendalam tentang Qurban dalam Perspektif Tasawuf Imam Ghazali

18/06/2024
abdullah annaim
Biografi

“Negara Sekuler” ala Abdullahi An-Naim: Negosiasi Agama dan Negara Melawan Konservatisme

27/04/2024
Next Post
Mempertimbangkan Gagasan Eco-theology

Mempertimbangkan Gagasan Eco-Theology

Dibutuhkan Ulama Perempuan

Dibutuhkan Ulama Perempuan

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.