Halili juga merujuk pada penelitian Setara Institute yang menunjukkan bahwa intoleransi sedang meningkat di kalangan remaja SMA.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Setara Institute di lima kota terpilih antara Januari dan Februari 2023 menunjukkan bahwa jumlah siswa intoleran aktif di SMA dan sekolah sejenis naik menjadi lima persen. Angka itu lebih tinggi dari studi 2016 dengan topik yang sama, yang menemukan 2,4 persen.
“Pada saat yang sama, paparan ekstremisme kekerasan juga meningkat dari 0,3 persen pada survei 2016 menjadi 0,6 persen pada survei 2023,” ujarnya.
Ia kemudian mengkritisi secara tajam beberapa tindakan intoleransi dan pelanggaran KBB yang terjadi selama ini. Selain itu, negara dituduh lalai dalam kasus ini.
Menurutnya, berbagai peristiwa tersebut sebenarnya bisa dicegah dan diselesaikan dengan baik jika pemerintah proaktif dan tidak tunduk pada tekanan kelompok intoleran.
“Menurut SETARA Institute, tumbuhnya intoleransi dan paparan generasi muda terhadap ekstrimisme kekerasan menunjukkan bahwa aktivitas dalam menanamkan dan mewujudkan nilai-nilai Pancasila masih lemah,” ujar Halili.