Fakta sejarah ini merupakan bukti kuat dan nyata bahwa santri, para kiai, dan Nahdlatul Ulama memiliki komitmen kebangsaan dan komitmen keindonesiaan yang kokoh. Dan peristiwa sejarah itulah yang dijadikan momentum ditetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri.
Ini juga menjadi bukti bahwa sikap dan perjuangan politik santri senantiasa berorientasi pada segenap bangsa Indonesia. Politik santri tidak berorientasi pada jangka pendek, dan hanya untuk kepentingan pribadi. Politik santri adalah rahmat bagi segenap bangsa Indonesia.
Sekarang, bagaimana dengan politik santri dalam konteks pemilu tahun 2024 ini? Santri menjadi komponen penting dalam percaturan politik elektoral. Partai politik, calon presiden, calon legislatif berlomba-lomba untuk mendapatkan simpati rakyat, salah satunya mendekati kalangan santri. Kata santri ini dalam makna yang sangat luas, karena di dalamnya ada kiai dan bu nyai.
Kita semua berharap, politik santri tahun 2024 ini tidak semata untuk tujuan transaksional jangka pendek, tetapi harus menjadi rahmat bagi segenap bangsa Indonesia, menjadi penyejuk di tengah panasnya atmosphere politik kita. [Hatim Gazali]