Semarak Bulan Ramadan sedang menghampiri umat Islam di seluruh dunia. Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam tentunya memiliki kekhususan tersendiri dalam menyambut datangnya Ramadan. Mulai dari tradisi membangunkan sahur hingga tradisi ngabuburit yang kerap dijumpai ketika menunggu datangnya waktu berbuka puasa.
Ciri khas masyarakat Indonesia dalam menghidup-hidupkan suasana Ramadan ini diharapkan tidak melupakan esensi dari Ramadan itu sendiri, yakni sebagai kesempatan seorang hamba untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhannya. Juga sebagai momentum untuk membumikan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin.
Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (PP Lesbumi) PBNU, Gus Candra Malik menjelaskan bahwa orang yang beriman haruslah bersyukur ketika berjumpa dengan bulan Ramadan karena diberikan kesempatan untuk naik ke tingkatan diri yang lebih tinggi.
“Puasa adalah anugerah yang luar biasa besar dari Allah kepada manusia untuk menapaki jenjang anak tangga kemuliaan menuju derajat yang lebih tinggi, bahkan setinggi-tingginya hingga yang paling tinggi, yaitu derajat takwa kepada Allah. Oleh karena itu, setiap mukmin yang dikaruniai kesempatan berjumpa dengan Ramadan selayaknya ia bersyukur dan menggunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk mencapai ketakwaan,” ujar Gus Candra Malik saat dihubungi dari Bogor, Rabu (29/3/2023).
Pria yang memiliki nama lengkap Hartawan Candra Malik ini menambahkan, puasa di bulan Ramadan sejatinya lebih dari sekadar menahan lapar dan haus. Nafsu yang selalu ada pada tiap manusia juga harus dikendalikan demi sempurnanya ibadah puasa yang dilaksanakan.
“Pada hakikatnya, berpuasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum, serta berhubungan seksual dengan pasangan di siang hari. Lebih dari itu, berpuasa adalah menahan diri dari godaan hawa nafsu yang dirangsang oleh penginderaan kita terhadap hal-hal di luar diri. Oleh sebab itu, berpuasa sebaiknya juga merupakan ikhtiar menahan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan yang dapat membatalkan puasa,” imbuh Gus Candra.
Menurutnya, menunaikan ibadah puasa Ramadan di Indonesia bisa dikatakan memiliki corak tersendiri jika dibandingkan dengan negara lain. Hal ini berhubungan dengan Indonesia yang terdiri dari banyak suku, agama, dan kepercayaan. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia seharusnya sudah terbiasa dalam menghadapi perbedaan yang ada.