“Permasalahan akan muncul kalau kita selalu mempersamakan diri kita dengan orang lain. Hal itu yang banyak terjadi sehingga menimbulkan ketidakrukunan yang tidak diinginkan dalam agama,” ucapnya.
Uniknya, lanjut Suaib, Ramadan kali ini diwarnai dengan intoleransi serta gesekan masyarakat di media sosial terkait kontroversi penolakan Israel di ajang Piala Dunia U-20. Ramadan yang seharusnya di isi dengan menahan diri dari nafsu dan emosi justru dinodai oleh debat kusir yang mubazir. Ia menyampaikan seharusnya Indonesia bisa menempatkan diri sesuai dengan porsinya.
“Sebenarnya hal-hal seperti ini tidak perlu dipermasalahkan, karena ini (Piala Dunia U-20) adalah event internasional di mana kita harus beradaptasi dengan dunia global. Kita tidak bisa semaunya sendiri, kecuali kalau secara antar negara. Misalkan Israel bertanding dengan Indonesia, dia mau datang ke sini, mungkin kita masih bisa melakukan penolakan. Tapi kalau ini kegiatan global, di mana Indonesia punya komitmen untuk turut memainkan perannya (sebagai tuan rumah), ya mau atau tidak harus menerima Israel. Walaupun sebenarnya kan kita sudah jelas bahwa kita tidak mengakui Israel,” paparnya.
Suaib berharap agar Ramadan yang bisa kita jumpai dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Peningkatan kualitas keimanan seorang hamba akan terlihat dari semakin baiknya hubungannya dengan Tuhannya dan sesama manusia.
“Harapan saya mudah-mudahan Tuhan memberikan kita umur yang panjang. Kita bisa menyelesaikan bulan Ramadan ini dan mendapatkan bulan Ramadan yang akan datang. Bulan Ramadan ini jangan kita lewati begitu saja. Setidaknya, setiap bulan suci Ramadan itu ada perubahan signifikan di dalam diri kita, misalnya setelah bulan suci Ramadan ini, kita sudah terbiasa tidak meninggalkan salat dan terbiasa bersedekah,” tambah Dr. Suaib.
Yang pasti, tuturnya, harus ada yang bisa dipetik dari bulan suci Ramadan ini. Misalnya sebagai orang secara ekonomi cukup, paling tidak berusaha bagaimana dapat berempati kepada lingkungan masyarakat sekitar. Tidak elok kalau seseorang bisa makan dengan teratur, tetapi ada tetangga kekurangan makanan., tapi tidak peduli.
“Berbagilah kepada sesama. Hal-hal seperti ini kita harus tanamkan dalam diri kita khususnya di bulan suci Ramadan ini. Mudah-mudahan itu bisa berbekas dalam diri kita. Maksudnya adalah bahwa setiap Ramadan itu harus ada sesuatu yang kita petik dan menjadi patokan hidup kita untuk hari yang akan datang,” tandas alumni Al-Azhar ini.