Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah yang terus memberikan kesehatan dan kemampuan kepada kami redaksi Islamina untuk tetap istiqamah menerbitkan bulletin Islamina hingga edisi No. 62 ini. Umara dan ulama adalah pilar penting dalam sebuah negara. Keduanya tidak bisa dipisahkan dan dipertentangkan. Namun, tidak bisa pula ulama dan umara disatukan yang bisa menimbulkan bias independsi ulama.
Relasi ulama dan umara memang menjadi sangat problematis di tengah negara bangsa. Apakah ulama harus masuk kekuasaan atau ia menjauh dari kekuasaan.
Persoalan ini tidak hanya sebagai diskursus teknis tetapi tentang paradigma hubungan negara dan agama. Dalam negara agama, tentu hubungan umara dan ulama sudah tidak bisa dipisahkan. Negara agama mendudukkan ulama dalam posisi penting.
Berbeda dengan negara sekuler yang memisahkan agama dan negara. Umara tidak memiliki peran dan posisi dalam negara, tetapi ia jauh dari gelanggang istana. Bahkan suara ulama tidak menjadi pertimbangan penting.
Bagaimana dalam konteks Indonesia? Edisi kali ini Islamina akan mendiskusikan relasi ideal hubungan ulama dan umara dalam konteks negara bangsa.