Allāhu akbar.
Allāhu akbar.
Allāhu akbar.
Wa lillāhi al-ḥamd
Kalimat takbir telah berkumandang kembali. Menandakan bahwa kita masuk dalam hari raya yang suci. Tahniah Idul Fitri 1444 Hijriyah tak lupa saya sampaikan kepada seluruh umat muslim yang merayakan.
Lebih dari empat belas abad yang lalu, Rasulullah Saw. dan umat Islam memenangkan perang badar dari kafir Quraisy. Peristiwa ini menjadi tonggak sejarah kita sebagai muslim atas kebenaran akan datangnya agama Islam. Sesuai dengan nama ‘Islam’ atau ‘salima‘ yang berarti damai dan sejahtera, gambaran agama Islam adalah memancarkan kedamaian dan membuat pemeluknya sejahtera.
Ketika kaum muslimin dalam peperangan Badar —Perang Badar terjadi saat bulan Ramadan—, mereka ada yang menjalankan puasa, dan ada yang tidak berpuasa. Pasca umat Islam sukses atas kejayaan pada perang badar dan menunaikan syariat puasa, mereka berbahagia.
Ada dua poin penting yang dapat kita ambil dari dua peristiwa tersebut. Pertama, kemenangan dalam perang Badar menjadi simbol kejayaan Islam atas kaum Jahiliyah. Dan kedua, asal mula disyariatkannya ibadah puasa.
Menyadari hal itu, Rasulullah Saw. menjelaskan kepada umat Islam, ada dua hari yang setiap tahunnya kaum Jahiliyah gunakan untuk berpesta pora, bermabuk-mabukan dan menari. Setelah turunnya kewajiban puasa Ramadan, Rasulullah Saw. mengganti dua hari tersebut menjadi Idul Fitri dan Idul Adha.
Segala Bentuk Cacian dan Makian Tidak Dibenarkan
Mari kita kembali merefleksikan ibadah puasa Ramadan selama tiga puluh hari kemarin. Sudah sebanyak apa amalan atau perbuatan positif bagi diri sendiri dan orang lain?