Salah satu persoalan utama konflik dalam sejarah manusia adalah karena kepemilikan atau rasa memiliki sesuatu. Dalam sejarah, konflik sering kali muncul karena persaingan atas sumber daya yang terbatas, termasuk tanah, air, dan sumber daya alam lainnya. Konflik ini muncul ketika manusia mulai menggemakan rasa memiliki.
Ketika manusia purba hidup secara nomaden, mereka biasanya tidak memiliki klaim wilayah yang tetap, karena mereka berpindah-pindah dalam mencari sumber daya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup. Namun, dengan munculnya era pertanian, manusia mulai menetap di suatu tempat dan mengklaim wilayah sebagai milik mereka. Ini menyebabkan timbulnya konflik atas hak atas tanah dan sumber daya alam, karena manusia mulai memperjuangkan hak kepemilikan atas wilayah tersebut.
Dalam perspektif antropologi, munculnya kepemilikan dan rasa memiliki sesuatu juga terkait dengan proses domestikasi hewan dan pertanian. Dengan mengembangkan pertanian dan peternakan, manusia menjadi lebih bergantung pada tanah dan hewan untuk kehidupan mereka. Proses domestikasi hewan seperti ternak membawa konsekuensi berupa klaim atas kepemilikan hewan tersebut. Hal ini juga menyebabkan munculnya konflik antar kelompok dalam memperebutkan hewan ternak dan wilayah untuk pertanian.
Dari segi psikologi, manusia memiliki naluri untuk melindungi apa yang mereka anggap milik mereka. Rasa memiliki atau kepemilikan terhadap sesuatu memberikan perasaan keamanan dan kestabilan. Namun, ketika hak kepemilikan ini dirasa terancam oleh orang lain, ini dapat memicu perasaan cemas, takut, atau marah, yang pada gilirannya dapat menyebabkan konflik antar individu atau kelompok.
Selain itu, konsep identitas juga turut memainkan peran dalam konflik terkait kepemilikan. Manusia sering kali mengidentifikasi diri mereka dengan apa yang mereka miliki, baik itu wilayah, harta benda, atau bahkan ide-ide. Ketika identitas seseorang atau kelompok terancam oleh orang lain yang ingin mengklaim atau merebut apa yang mereka anggap milik mereka, ini dapat memicu reaksi defensif atau bahkan agresif.
Secara keseluruhan, pernyataan bahwa kepemilikan atau rasa memiliki sesuatu merupakan salah satu penyebab utama konflik dalam sejarah manusia didukung oleh bukti dari sejarah, antropologi, dan psikologi manusia. Ketika manusia mulai mengklaim wilayah dan sumber daya sebagai milik mereka, ini membuka pintu bagi konflik atas hak kepemilikan tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memahami peran kepemilikan dalam sejarah konflik manusia agar dapat menemukan solusi yang berkelanjutan untuk meminimalkan konflik di masa depan.
Barangkali inilah yang menjadi kegelisahan kalangan Marxisme dalam persoalan kepemilikan hingga kritik terhadap kapitalisme. Hobsbawm, misalnya, mengidentifikasi Revolusi Industri sebagai pemicu utama perubahan besar dalam struktur masyarakat. Revolusi ini memperkenalkan produksi massal dan ekspansi pasar, yang menyebabkan perubahan dramatis dalam sistem kepemilikan dan distribusi sumber daya.
Bagaimana dengan Islam ?