Radikal terorisme merupakan ancaman serius yang terus menjadi ancaman bagi keamanan masyarakat dan kedaulatan bangsa. Upaya menanggulanginya membutuhkan pendekatan yang holistik yang melibatkan berbagai bidang ilmu dan pendekatan. Salah satu bidang dan pendekatan yang penting dipertimbangkan dalam penanggulangan radikal terorisme adalah pendekatan sufistik.
Bukan tanpa alasan, kenapa tasawuf dijadikan salah satu pendekatan, bahkan bisa dikatakan cara yang efektif dalam menanggulangain terorisme. Masalah radikalisme dan terorisme dalam konteks mengatasnamakan agama merupakan cermin krisis spiritual dalam beragama. Ada tiga krisis spiritual dalam pemikiran dan gerakan radikal terorisme.
Pertama, radikal terorisme mempunyai karakter melakukan ideologisasi dan politisasi agama. Agama diperlakukan sebagai alat dan ideologi untuk mencapai kepentingan kekuasaan. Dalam cara pandang mereka, agama bukan jalan atau laku hidup meraih keselamatan, tetapi alat politik untuk meraih kekuasaan. Dalil dan doktrin dalam agama dieksplotasi atau bahkan dimanipulasi sesuai tafsir mereka dalam melakukan gerakan politik mengatasnamakan agama.
Kedua, radikal terorisme bukan bersumber dari ajaran agama, tetapi sangat berkaitan dengan cara pandang dan pemahaman oknum umat beragama yang menyimpang dalam memahami dan menjalankan syariat agama. Karena itulah, semua umat beragama, masyarakat beragama, dan individu beragama potensial terserang paham radikal terorisme ketika memiliki pemahaman dan cara pandang beragama yang menyimpang.
Ketiga, radikal terorisme berangkat cara pandang beragama yang cenderung mereduksi dan mendistorsi ajaran agama sesuai dengan kepentingannya. Dalam konteks Islam, gerakan ini hanya memahami agama sebatas pada dua dimensi (rukun) iman dan Islam yang kemudian ditambahkan secara serampangan dengan adanya rukun jihad atau khilafah. Sementara itu, mereka mengabaikan dan menegasikan esensi pokok dalam beragama yang disebut dengan ihsan.
Di sinilah sejatinya letak krisis spiritualitas yang dialami gerakan radikal terorisme. Beragama menjadi sangat kering dan terjebak pada formalitas belaka sehingga mudah dimanipulasi dan didistorsi. Pemahaman dan cara beragama kelompok radikal terorisme ini persis sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah seperti berislam yang hanya sampai tenggorokan saja. Islam yang tidak sampai pada hati yang diwujudkan dalam budi pekerti yang luhur.
Radikal terorisme yang bersumbu dari ideologi yang memanipulasi agama hanya bisa disembuhkan dengan adanya ideologi alternatif atau cara pandang yang baru dalam memahami agama. Ideologi yang terkandung dalam radikal terorisme tidak bisa dihilangkang kecuali dengan mengganti ideologi lain atau pandangan lain.
Tasawuf berdasarkan pengalaman pribadi Penulis adalah metode beragama yang paling efektif dalam mengganti ideologi kekerasan yang mengatasnamakan agama. Tasawuf juga bisa menjadi vaksin agar individu memiliki imunitas ideologi agar tidak mudah terpapar paham radikal terorisme.
Tasawuf sebagai Jalan Moderasi dan Pembersihan Hati dari Radikalisme
Kunci dalam beragama yang kaffah adalah ketika dipahami secara komprehensif dimensi iman, islam dan ihsan. Tasawuf adalah cerminan dari rukun ihsan yang dapat mengeksplore dan menggali aspek spiritualitas dalam diri manusia. Dimensi ini lah yang menjadi daya dorong lahirnya perilaku yang berbudi luhur atau dalam bahasa agama disebut akhlakul karimah sebagaimana misi kerasulan Nabi Muhammad.
Kelompok radikal terorisme mengabaikan dimensi ihsan dalam beragama. Ia hanya memahami agama sebagai pada akidah dan hukum. Karena itulah, mereka cenderung kering dan hampa secara spiritual sehingga memunculkan sikap beragama yang kaku dan mudah diserang virus kebencian yang mengatasnamakan agama.