“Meskipun Nabi Ibrahim dibakar, Nabi Ibrahim konsisten dalam pendiriannya, beriman kepada Tuhan sebagai pencipta langit, bumi dan semua yang di dalamnya,” ujarnya.
Menurutnya, Nabi Ibrahim tidak hanyak fokus terhadap kesalehan individual, melainkan ia juga memikirkan keluarga, turunannya dan negerinya. Tak heran, jika Nabi Ibrahim diakui sebagai panutan dan bapak para Nabi yang patut kita teladani demi persatuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
“Sebagaimana yang kita temukan dalam Al Quran, Nabi Ibrahim mendoakan agar menjadi negeri yang aman, damai dan mendapatkan rezei dari langit. Oleh karena itu Nabi Ibrahim adalah contoh yang patut yang kita teladani, karena ia bukan saja selalu mendoakan dirinya dan keluarganya tetapi juga untuk negerinya,” ucap jebolan Al Azhar Mesir ini.
Menurutnya, salah satu hikmah di Bulan Haji ini adalah menunjukkan kepada umat Islam di seluruh dunia bahwa meskipun mereka berbeda beda suku etnis dan negara warna kulit dan bentuk wajah tetapi mereka adalah satu, satu tujuan dan satu kiblat yaitu Kabah, Allah dan rasulnya, Nabi Muhammad SAW. Ini tentu menunjukkan bahwa umat Islam sangat menghargai dan bertoleransi terhadap yang lain. Karena walaupun kita berbeda beda tetapi sesungguhnya sama.
“Jika kelompok ekstreem berusaha menciptakan ekslusivisme, intoleransi di masyarakat dan menganggap orang lain bukan bagian dari dirinya, maka hal ini harus dihilangkan. Sebab cara berpikir seperti itu, bertentangan dengan nilai nilai dan ajaran Islam yang sangat menghormati perbedaan,” ujar anggota Komisi Ukhuwah Islamiyah Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.
Suaib menambahkan, dalam ibadah haji dilarang saling mencela bertengkar dan melakukan tindakan apapun yang merusak termasuk mencabut pohon dan atau memotong pohon di jalan. Ini adalah petunjuk bahwa dalam upaya menciptakan iklim yang kondusif dalam kehidupan sosial kita harus menghindari perbuatan-perbuatan yang tercela misalnya saling menjatuhkan dan saling memojokkan.
“Oleh karena itu hikmah-hikmah yang terkandung dalam perayaan Hari Raya Idul Adha, atau yang juga disebut Hari Raya Haji dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam membangun masyarakat yang damai,” pungkasnya.