Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Jika Wahabi Penyebar Islam Di Indonesia

Jika Wahabi Penyebar Islam Di Indonesia

Jika Wahabi Penyebar Islam di Indonesia

Hatim Gazali by Hatim Gazali
29/06/2021
in Gagasan
7 1
0
8
SHARES
154
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Sebaliknya, dengan sangat canggih, Islam diajarkan melalui jalur-jalur kebudayaan. Walisongo misalnya tidak serta merta mengganti tradisi lokal yang ada. Soto Kudus misalnya, karena penghormatannya kepada masyarakat Hindu saat itu, tidak menggunakan daging sapi, melainkan menggunakan daging kerbau. 

Kita mungkin tidak akan dapat menyaksikan grebeg maulud jika wahabi yang menjadi penyebar Islam di Indonesia. Mengapa demikian, karena wahabi memiliki visi “pemurnian Islam” –tentunya menurut versi mereka sendiri. Akibatnya, hal-hal yang tidak sejalan dengan “ajaran” akan divonis kafir untuk kemudian dihilangkan. Kita mungkin tidak akan memiliki tradisi mudik saat lebaran karena mudik itu bukan syariat Islam. Kita juga tidak akan menemukan bedug di Masjid karena bukan syariat Islam. 

BacaJuga

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

Keberislaman akan menjadi kering dan kaku jika Wahabi menjadi penyebar Islam di Indonesia. Patokannya satu mantra sakti “jangan melakukan hal-hal yang tidak dilakukan oleh nabi”. Sepintas lalu, mantra itu benar. Tetapi, jika didalami secara seksama mantra tersebut tak sepenuhnya benar. Karena tidak semua hal yang tidak dilakukan oleh nabi itu bermakna haram. 

Contohnya soal memakan dhab (sejenis biawak). Suatu ketika, saat nabi bertamu dihidangkanlah dhab tersebut kepada nabi, namun Nabi enggan memakannya. Kemudian sahabat nabi (Khalid) bertanya: “apakah kita diharamkan memakan dhab, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab “Tidak, hanya saja binatang ini tidak ada di negeriku (oleh karena itu aku tidak suka memakannya). Makanlah, sesungguhnya dia (dhab) halal” (HR. Bukhari-Muslim). 

Seperti yang telah disampaikan di awal tulisan ini, jika Wahabi penyebar Islam pertama di Indonesia, maka corak keberislaman kita akan berbeda dengan yang kita rasakan saat ini. Mari kita lihat beberapa dampak, jika wahabi menjadi penyebar Islam di Indonesia; 

  1. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia tidak akan sebanyak ini, karena pendekatan wahabi yang cenderung mengkafirkan segala hal yang berbeda dengan dirinya akan melahirkan resistensi di kalangan masyarakat. 
  2. Hilangnya tradisi-budaya lokal. Tradisi-tradisi yang divonis bukan ajaran Islam akan dihilangkan diganti dengan tradisi yang diyakininya murni. Soto Kudus bukan lagi kerbau, tetapi menjadi sapi. Grebeg Maulud pun tidak ada. Gamelan akan sirna. Tidak ada mudik lebaran. Ziarah kubur punah. Dan lain sebagainya. 
  3. Penolakan terhadap Pancasila sebagai pandangan filosofis bangsa dan negara Indonesia. Mungkin saja, kelompok Islam di sidang BPUPK akan tetap ngotot menginginkan Islam sebagai dasar negara. Akibatnya, kesepakatan bisa saja tidak dicapai. Kemerdekaan mungkin juga tertunda, bahkan tidak terwujud. Atau sekurang-kurang bangsa dan negara Indonesia tidak akan sebesar sekarang ini, dari Sabang sampai Merauke. 
  4. Fikih akan sangat dominan. Pendekatan fikih yang melihat segala sesuatu halal-haram akan menjadi perspektif mainstream umat Islam. Pendekatan tasawuf yang tidak hanya melihat sesuatu dari aspek dhahir, halal-haram, tetapi berorientasi kepada refleksi diri dan penyucian diri, tidak akan berkembang di Indonesia. 
  5. Diskusi-diskusi keislaman yang mengkaji Islam dari berbagai perspektif tidak akan tumbuh subur. 

Alhamdulillah, wahabi bukan menjadi penyebar Islam pertama di Indonesia.

Page 2 of 2
Prev12
Tags: penyebaran islamwalisongo
Previous Post

Perjalanan Pemikiran al-Ghazali: Simbol Intelektualitas Islam di Masanya (1)

Next Post

Mengaku Islam Tapi Cepat Emosian, Berikut Nasehat Rasulullah yang Perlu Dicermati

Hatim Gazali

Hatim Gazali

Pemimpin Redaksi Islamina.id | Dosen Universitas Sampoerna | Ketua PERSADA NUSANTARA | Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah PBNU

RelatedPosts

hukum alam
Gagasan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
teologi kemerdekaan
Gagasan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam
Gagasan

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
agama cinta
Gagasan

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

17/07/2025
sound horeg
Gagasan

Sound Horeg: Pergulatan Subkultur dan Diskursus Agama

15/07/2025
Next Post
Islamisme Dan Geliatnya Di Kancah Pendidikan Nasional

Mengaku Islam Tapi Cepat Emosian, Berikut Nasehat Rasulullah yang Perlu Dicermati

Perjalanan Pemikiran Al-ghazali: Tasawuf (2)

Perjalanan Pemikiran al-Ghazali: Tasawuf (2)

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.