Ada sahabat yang bertanya melalui chat terkait doa yang dibaca oleh Nabiyallah Ibrahim AS, apakah itu hanya dibaca saat calon bayi masih dalam kandungan atau bisa dibaca setelah anak lahir ?. Pada tulisan ini, akan menjelaskan sedikit masalah tersebut dan teladan Hajar, istri Ibrahim AS. sebagai seorang ibu.
Doa-doa yang terkait anak dan keturunan secara prinsip bisa dibaca kapan saja, baik sebelum istri hamil, saat hamil maupun setelah melahirkan. Karena doa-doa tersebut mengandung makna yang umum, yaitu meminta anak yang saleh. Bila dibaca saat dalam kandungan, itu untuk men-takkid-kan atau menegaskan agar kita jangan lupa berdoa untuk anak-anak kita meski mereka belum dilahirkan.
Kita lanjutkan kupasan kita terkait “ Edisi Keluarga Kholilullah”. Setelah kiat-kiat sebelumnya kita lakukan, ada ibrah dan hikmah lain yang bisa kita petik dari keluarga khalilullah ini, yaitu: Tidak mudah putus asa dan tidak “cengeng”. Kita lihat, betapa sulitnya Hajar, istri Ibrahim AS, saat ditinggal sendirian dengan anaknya karena sang suami melaksanakan tugas untuk melanjutkan risalah di Palestina. Dalam kondisi berdua dengan sang anak, sementara lokasi dan kondisi Mekah —yang mohon maaf— sangat minim dari sumber kehidupan. Tidak bisa dibayangkan betapa sulitnya Hajar menghadapi situasi dan kondisi seperti itu, terlebih ketika perbekalannya habis.
Bagaimana Hajar mencari air sebagai sumber utama kehidupan, dia berlari dari Shofa ke Marwa untuk anak yang dikasihinya karena kehausan yang teramat sangat. Dan saat dia dalam kondisi yang sudah hampir kritis, dia melihat ada seongggok pasir yang di atasnya merembes air, lalu digali dan dibukanya pasir tersebut, air yang ada lalu dikumpulkan, terus dia kumpulkan yang akhirnya menjadi besar dan banyak airnya. Dan air inilah yang kemudian kita kenal dengan nama ” Zam-Zam” sumber air yang tak pernah surut. Sebagaimana Hajar yang tak pernah surut asanya dalam proses pencarian air tersebut.
Air zam-zam yang melimpah inilah yang kemudian memancing kedatangan suku Jurhum untuk meminta izin kepada Hajar dan ismail agar mereka bisa memanfaatkannya dengan tetap memberikan hak penguasaan air kepada Hajar dan Ismail, dan mereka juga memberikan konsesi kepada Hajar dan Ismail sebagai balas budi atas kebaikan mereka, berupa konsesi untuk bisa menjalani kehidupan selayaknya masyarakat Mekah saat itu, yaitu pengembangan ekonomi berupa peternakan domba yang akhirnya membuat Ismail menjadi penggembala dan mampu mengembangkan kehidupan dengan lebih baik bersama ibunya.
Semangat juang yang luar biasa dan tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah SWT dalam kondisi sulit inilah yang ditularkan Hajar kepada anaknya. Disamping keridhoannya dalam ketaatan kepada Allah SWT dalam menjalani kehidupan yang akhirnya membuat Hajar dan anaknya bisa menjalani kehidupan yang jauh lebih baik, bahkan kemudian dia bisa berkumpul kembali dengan suami tercinta, saat Ibrahim kembali ke Mekah.