Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Biografi
Rahmat Jalaluddin Rahmat (2)

Rahmat Jalaluddin Rahmat (2)

Rahmat Jalaluddin Rahmat (2)

Hamid Basyaib by Hamid Basyaib
16/02/2021
in Biografi, Populer
18 1
0
19
SHARES
373
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Islamina.id – Kang Jalal, begitu namanya bagi orang-orang dekatnya, mulai tampil di pentas intelektual Islam nasional di awal 1980an sebagai bagian dari euforia yang disebut “kebangkitan Islam di abad 15 Hijriah,” seperti misalnya dikumandangkan oleh tokoh terpenting Masyumi dan Dewan Dakwah Islamiyah M. Natsir melalui buku kecilnya. 

Kemunculannya seiring dengan tampilnya para dosen perguruan tinggi umum yang baru kembali dari studi di Amerika, yang menyajikan wacana Islam secara baru dan memikat kaum muda. Mereka menarik dalam banyak seginya. Mereka berpenampilan “sekuler”, bahkan tanpa sekadar peci hitam, di acara-acara diskusi yang tak putus digelar di kampus-kampus. 

BacaJuga

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

Ketua BAZNAS RI Tekankan Kebutuhan Ilmuwan Filantropi

Pada 1984, misalnya, majalah Prisma, kiblat perkembangan ilmu-ilmu sosial Indonesia, merasa perlu menyajikan edisi khusus tentang gejala baru yang menarik dan tak berpreseden ini. 

Prisma menampilkan edisi “Angkatan Baru Islam”, dengan ketebalan ekstra, dan kabarnya edisi itu dicetak ulang. Jalaluddin Rakhmat ikut diundang menulis di sana, bersama Nurcholish Madjid, Abdurrahmam Wahid, Amien Rais dan beberapa cendekiawan Islam paling terkemuka lainnya. Para kontributor itu, menurut editor Aswab Mahasin yang menulis pengantar pendek yang bagus, bagaikan muazin baru. “Mereka datang justeru untuk memulai, bukan untuk mengakhiri.” 

Baca juga: Rahmat Jalaluddin Rahmat (1)

Fachry Ali dan Bahtiar Effendy menulis buku kecil “Merambah Jalan Baru Islam” tentang mereka. Kecenderungan ini terus bergulir, hingga mengkristal antara lain dalam pembentukan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada 1990. 

Adi Sasono, seorang aktifis non-scholar yang menjadi bagian dari generasi “kebangkitan Islam” itu, mengungkapkan sisi lain dari pembentukan ICMI dengan antusias, dan dengan bangga menyebut bahwa “(jumlah santri) yang bergelar doktor sudah lebih dari seratus orang” — karenanya mereka wajar ditampung dalam sebuah organisasi cendekiawan. Kang Jalal tampak enggan untuk terlibat dalam euforia ICMI, meski ia tak seterbuka Gus Dur dalam menyatakan ketaksetujuannya. 

Posisi kecendekiawanan Jalal juga unik dalam hal lain: ia berbasis di Bandung, tapi bukan bagian dari Masjid ITB Salman yang legendaris. Mungkin karena ia dosen Univeritas Padjadjaran, kalaupun alasannya bukan ideologis. Ia seolah ingin menegaskan jalurnya sendiri, terlepas dari pendekar-pendekar Bandung seperti Imadduddin Abdulrahim atau Ahmad Sadali, dua tokoh utama Salman dari generasi lebih tua. 

Imaduddin, seorang yang sejak lama dibidik oleh intelijen Orde Baru, membina mahasiswa Bandung di Masjid Salman dengan program reguler Latihan Mujahid Dakwah (LMD), dengan rujukan utama buku kecil karyanya sendiri yang mashur, “Kuliah Tauhid”, diterbitkan oleh penerbit Pustaka Salman yang cepat membesar dan rutin menerbitkan buku-buku Islam bermutu, dengan sampul berkarakter kuat, hasil rancangan Ahmad Nu’man, seorang arsitek ternama, adik kandung Sadali. Jalal menulis buku-bukunya sendiri dan diterbitkan oleh penerbit baru Bandung, Mizan. 

Ia menjadi kutub tersendiri di Bandung. Meski tak pernah eksplisit menyatakan ia penganut Syiah, ia dengan sepantasnya mengungkapkan dengan caranya sendiri preferensi sektariannya. Paling jauh ia mengungkapkan dengan tersenyum bahwa ia, yang berlatar Muhammadiyah, adalah pengikut “ahlussunnah wal Syiah.” 

Ia juga berbeda dari Miftah Faridl, rekan segenerasinya yang lebih berpenampilan dai. Tentu ia juga berbeda dari KH Engkin Zaenal Muttaqin, yang mendirikan Universitas Islam Bandung (Unisba). Dalam hal “menyumbang” cendekiawan Muslim, Bandung setara dengan Bogor, tempat A.M Saefuddin dan Hidayat Nataatmadja berbasis di IPB; berbeda jumlah dari Jakarta dan Jogja. 

Produktifitas Kang Jalal dalam Menulis

Page 1 of 2
12Next
Tags: cendekiawan muslimjalaluddin rahmatrahmattokoh islam
Previous Post

Rahmat Jalaluddin Rahmat (1)

Next Post

Kang Jalal Sang SUSI (Sunni-Syiah) Berpulang

Hamid Basyaib

Hamid Basyaib

RelatedPosts

kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Ketua Baznas RI
Kabar

Ketua BAZNAS RI Tekankan Kebutuhan Ilmuwan Filantropi

22/10/2024
abdullah annaim
Biografi

“Negara Sekuler” ala Abdullahi An-Naim: Negosiasi Agama dan Negara Melawan Konservatisme

27/04/2024
Manajemen Pendidikan ala KH Noer Muhammad Iskandar
Biografi

Manajemen Pendidikan ala KH Noer Muhammad Iskandar

16/11/2023
Ulil Abshar: Kesinambungan Dari Situbondo (1984) ke Sidoarjo (2022)
Kabar

Ulil Abshar: Kesinambungan Dari Situbondo (1984) ke Sidoarjo (2022)

12/07/2023
Next Post
Kang Jalal Sang Susi (sunni-syiah) Berpulang

Kang Jalal Sang SUSI (Sunni-Syiah) Berpulang

Mengenang K.h. Dr. Jalaluddin Rakhmat (1949-2021)

Mengenang K.H. Dr. Jalaluddin Rakhmat (1949-2021)

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.