ISLAMINA.ID – Manusia sebagai mahkluk penghuni bumi ini diciptakan untuk beribadah kepada Allah, serta berstatus sebagai Khalifah(pemimpin) untuk mengatur kemakmuran, dan kemaslahatan bersama.
Syeh Muhammad bin Ahmad as-Safaraini dalam kitab Ghidha’ al-Albab Mengutip pendapat As-Suhrawardi yang mengkategorikan etika atau adab manusia dalam beberapa tingkatan diantaranya:
Pertama, Etika Ahli Dunia, maka ia harus mampu menjelaskan sesuatu bahwa mereka pandai dalam beretorika, serta menguasai disiplin keilmuan, dan strategi politik.
Kedua, Etika Ahli Agama harus mendasari amal perbuatannya dengan ilmu, dan menjaga anggota badan, menjaga syahwat dunia secara berlebihan.
Ketiga, Etika Ahli Khusus harus menjaga hati, rahasia, serta menjaga diri agar tetap konsisten dalam beramal baik dikala sendirian maupun sedang berkumpul dengan orang lain.
Pentingnya Beretika
Imam al- Asbihani dalam kitab Muntakhobnya mengutip perkataan ibnu Abbas yang pernah menjelaskan tentang pentingnya beretika atau beradab:
“Terapkanlah etika karena hal itu akan menambah kecerdasan akal, dan sebagai simbol harga diri seseorang, serta sebagai teman dikala sendiri, selalu menjadi sahabat dikala sedang tersesat, dan diumpamakan sebagai harta kekayaan tatkala sedang kesusahan”.
Etika Seorang Anak Memanggil Orang Tuanya
Islam sebagai Agama yang sangat konsen dalam urusan akhlak atau etika, mulai dari bangun tidur sampai hendak tidur lagi. Semua telah diatur Islam secara komprehensif tidak hanya akhlak dengan Allah semata namun menyeluruh baik akhlak kepada diri sendiri, orangtua, saudara, tetangga, kepada orang non muslim bahkan kepada hewan dan tumbuhan sekalipun.
Salah satu etika seorang anak kepada orang tuanya adalah tak boleh memanggil dengan namanya. Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar mengutip sebuah Hadist,
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ، ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺭﺃﻯ ﺭﺟﻼ ﻣﻌﻪ ﻏﻼﻡ، ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻠﻐﻼﻡ: “ﻣﻦ ﻫﺬا”؟ ﻗﺎﻝ: ﺃﺑﻲ، ﻗﺎﻝ: “ﻓﻻ ﺗﻤﺶ ﺃﻣﺎﻣﻪ، ﻭﻻ ﺗﺴﺘﺴﺐ ﻟﻪ، ﻭﻻ ﺗﺠﻠﺲ ﻗﺒﻠﻪ، ﻭﻻ ﺗﺪﻋﻪ ﺑﺎﺳﻤﻪ”.
Diriwayatkan dari Abi Hurairah, Bahwasanya Nabi melihat seseorang laki-laki bersama anaknya. Nabi berkata kepada sang anak:”Siapa ini?” Lantas sang anak menjawab:”Ayahku.” kemudian Nabi menasehatinya:”engkau jangan berjalan didepannya serta jangan berbuat hal-hal yang menyakitkannya begitu juga tak duduk terlebih dahulu sebelum ia duduk, dan tak memanggil orang tua dengan namanya.