Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Merajut Nalar Humanis Nabi Saw

Merajut Nalar Humanis Nabi Saw

Merajut Nalar Humanis Nabi SAW

Agus Zehid by Agus Zehid
12/11/2021
in Kolom, Tajuk Utama
7 0
0
6
SHARES
118
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Aksi intoleransi masih menjadi pembahasan yang fenomenal di tengah realitas masyarakat. Berbagai kekerasaan yang mengatasnamakan agama merupakan perilaku yang dapat menegasikan peran agama itu sendiri, terkhusus agama Islam. Demikian kenyataannya, ajaran agama terkesan eksklusif ketika memahami sebuah perbedaan.

Eksistensi keberagaman seharusnya dapat menumbuhkan rasa saling menghormati dan kepedulian yang tinggi antara satu dengan yang lain. Lantaran homogenitas (persamaan) merupakan sebuah kemustahilan, Maka manusia harus dapat memahami keberagaman dengan menghadirkan nilai-nilai agama didalamnya. Artinya, seorang muslim yang diharapkan menjadi duta Rahmatan Lil Alamin harus bisa merefleksikan kembali nilai-nilai religius di atas realitas keberagaman tersebut.

BacaJuga

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

Terlebih seorang Muslim selayaknya menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai patron dalam mengejawantahkan ajaran Islam. Hal demikian dapat dilakukan dengan menghadirkan kembali aktivitas dakwah Nabi kepada orang-orang Muslim bahkan kepada mereka yang berada di luar agama Islam (Non-Muslim) dengan mengedepankan spirit cinta kasih, persaudaraan, dan kemanusiaan.

Prinsip Humanisme

Islam hadir di tengah kondisi masyarakat yang diskriminatif. Fanatisme golongan (kabilah) telah menjauhkan manusia dari peran mereka sebagai makhluk sosial (Zoon Politicon). Perbudakan merajalela, mengubur anak perempuan hidup-hidup, dan peperangan yang berkutat di antara pemeluk kabilah adalah fenomena yang menggambarkan kondisi sosio-kultural pada masa itu. Berangkat dari fenomena tersebut, Nabi dengan ajaran Islam berupaya mengangkat kembali posisi manusia sebagai makhluk yang memiliki intuisi humanis.

Awalnya Nabi memperkenalkan kepada mereka konsep tauhid (keesaan Allah) yang mengharuskan manusia untuk menyembah pada Tuhan yang satu [Q.S. al-Ikhlas: 1-5]. Konsep tersebut melahirkan dua prinsip utama yang menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme. Pertama, al-Musawah (kesetaraan). Bahwa tidak ada manusia yang berhak merasa lebih tinggi (superior) di antara manusia lainnya. Sebab manusia memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah, kecuali mereka yang bertakwa.

اَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”

Kedua, al-Hurriyyah (kemerdekaan). Setiap manusia memiliki hak kemerdekaan untuk menjalani kehidupan mereka di dunia. konsep ini melahirkan konsekuensi paradigma yang humanis. Bahwa segala bentuk perbudakan yang terjadi atas pengaruh hegemoni kekuasaan, kelompok, maupun kabilah, telah menodai nilai-nilai kemanusiaan.

Setelah menanamkan konsep tauhid kepada hati masyarakat. Nabi menggagas sebuah konstitusi yang mengafirmasi nilai-nilai humanisme. Konstitusi tersebut dikenal dengan “Konstitusi Madinah”. Konstitusi madinah (piagam madinah) adalah bukti sejarah mengenai konstitusi pertama yang dibangun oleh Nabi SAW.

Untuk pertama kalinya dalam piagam itu disebutkan dasar-dasar masyarakat yang partisipatif dan egaliter dengan ciri utama: konsep persamaan hak bagi seluruh warga komunitas madinah. Peristiwa itu merupakan representasi dari ajaran Islam yang disampaikan oleh nabi untuk mempersatukan warga negara yang bersifat majemuk secara sosio-kultural maupun keagamaan [Demokrasi Madinah, Model Demokrasi Cara Rasulullah, 2003].

Page 1 of 2
12Next
Tags: dakwah nabiHumanisislam ramahMisi Nabi SAWNon-Muslim
Previous Post

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 010

Next Post

Jelang Satu Abad, Kepemimpinan NU Kembali ke Jombang?

Agus Zehid

Agus Zehid

Mahasiswa UIN Jakarta dan Mahasantri Darus Sunnah International Hadith For Science

RelatedPosts

Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”
Kolom

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
iran
Kolom

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

23/07/2025
edisi desember 2024
Bulletin

Menuju Kematangan Hubungan Umat Beragama : Catatan Akhir Tahun

25/12/2024
Yang Penting Bukan Pengangguran
Kolom

Yang Penting (BUKAN) Pengangguran

04/12/2024
Islamina Edisi November 2024
Bulletin

Menghidupkan Kesyahidan Pahlawan

18/11/2024
Bulletin edisi oktober
Bulletin Islamina

Jihad Santri di Abad Digital

11/10/2024
Next Post
Jelang Satu Abad, Kepemimpinan Nu Kembali Ke Jombang?

Jelang Satu Abad, Kepemimpinan NU Kembali ke Jombang?

Akar Historis Kelompok Radikal Di Dalam Islam (8)

Akar Historis Kelompok Radikal di dalam Islam (8)

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    255 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.