Jakarta – Sebentar lagi umat Islam di seluruh dunia akan memasuki bulan suci penuh berkah dan ampunan, bulan Ramadan. Esensi penting dari bulan Ramadan adalah pencegahan atau menahan diri dari berbagai bentuk keburukan dan hal yang dapat merusak harmoni sosial. Karena itu Ramadan menjadi momen tepat untuk mendidik diri menjadi pribadi yang santun, toleran, dan ramah untuk menciptakan perdamaian.
Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Badan Penelitian Pengembangan dan Pendidikan Latihan (Sesbalitbangdiklat) Kementerian Agama (Kemenag RI) Dr. H. Muharram Marzuki, Ph.D. Menurutnya bulan Ramadan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi umat muslim untuk menegakkan ibadah dan membangun harmoni sosial.
“Bulan Ramadan itu sejatinya umat muslim harus bisa memanfaatkan sebaik-baiknya, melakukan berbagai aktifitas kegiatan peribadatan baik ibadah yang sifatnya hubungan vertical kepada Allah SWT, maupun ibadah yang berhubungan kepada umat manusia,” ujarnya di Jakarta, Rabu (30/3/22).
Dirinya melanjutkan, ibadah mahdhah atau ibadah wajib yang sudah syariatkan harus diperkuat baik kualitas dan kuantitasnya. Namun Marzuki mengungkapkan bahwa ibadah muamalah sebagai amalan membangun hubungan kepada umat manusia juga menjadi ibadah yang wajib dilakukan, untuk mencegah diri dari tindakan intoleransi dan kekerasan juga tidak kalah penting.
“Hubungan horisontal, kemasyarakatan dan peribadahan harus diperbanyak baik kepada umat islam sendiri maupun kepada umat yang berbeda agama. Sehingga akan muncul rasa ketentraman, kedamaian, rasa kerukunan yang menjauhkan dari sikap intoleransi dan kekerasan yang merusak harmoni sosial,” ungkap Marzuki.
Sebagaimana yang tertuang dalam Q.S Al-Hujurat:13 yang mengatakan ‘Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal’.
“Nah, dengan kita hidup saling mengenal, menghargai, saling berbagi maka akan mewujudkan hidup yang aman damai, kita diarahkan menjadi umat yang bertakwa,” kata pria yang pernah menjabat sebagai Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kemenag.
Terkait ibadah membangun hubungan dan harmoni sosial masyarakat, ia menyinggung narasi negatif yang beredar di masyarakat bahawa praktik toleransi dan membangun hubungan baik antar umat beragama, bukanlah semata-mata sebagai praktik menggadaikan aqidah dan keimanan.