Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) baru saja memperingati puncak Harlah PERGUNU Ke-70. Puncak harlah PERGUNU tahun ini berlangsung Kamis, 31 Maret 2022 secara Hybrid yakni disiarkan langsung dari Ballroom Hotel Aryaduta Tugu Tani Jakarta Pusat dan secara online melalui zoom dan live YouTube. Tema yang diangkat dalam harlah tahun ini ialah “Guru Mulia Membangun Peradaban Dunia”. Sebagai pendidik, guru memiliki tanggungjawab dalam mewujudkan peradaban manusia di masa depan.
Dalam pidatonya, Prof. Dr. H. M. Ali Ramdhani, S.TP., M.T. selaku Dirjen Pendidikan Islam Kemana RI dan Ketua LP Maarif NU PBNU menyampaikan tentang bagaimana pendidikan menjawab tantangan Indonesia Emas Tahun 2045. Beliau menjelaskan bagaimana PERGUNU hari ini telah menjadi organisasi profesi yang luar biasa. Sebagai organisasi profesi, PERGUNU tidak sekedar mewujud menjadi menara gading yang indah dan elok dipandang, tetapi lebih mewujud menjadi sebuah mercusuar yang mampu menerangi dunia di saat kegelapan dan menunjukan arah-arah peradaban.
“Melalui berbagai aktivitas yang kemudian menjadi mitigasi dari Covid-19 yaitu mereka melakukan guru kunjung, mereka melakukan Drive thrue, bahkan saya tau, di beberapa tempat nekat untuk tetap melakukan proses pembelajaran. Semuanya semata-mata untuk menghidmatkan diri untuk proses pendidikan yang berlangsung secara keberlanjutan,” jelasnya.
Prof. Dr. H. M. Ali Ramdhani juga menjelaskan bagaimana melakukan proses pendidikan baik di sekolah maupun madrasah. Ia menjelaskan pentingnya kontekstualisasi teori di dalam kelas yang diterima oleh peserta didik dalam lingkungan sekitar. “Anak-anak bangsa yang berada pada poros, sudut-sudut kemajuan bangsa bukan pada pojok-pojok perkembangan peradaban, tetapi kita harus meyakinkan bahwa mereka adalah penikmat, pelaksana, dari setiap kemajuan bukan sekedar penonton,” jelasnya lagi.
Beliau mengibaratkan profesi yang akhir-akhir ini diminati banyak kalangan muda yakni menjadi “YouTuber” padahal dahulu profesi ini belum pernah dikenal. Di masa depan, anak-anak didik akan menggunakan perangkat teknologi yang lebih canggih dibanding hari ini. Dunia pendidikan memiliki tantangan untuk melahirkan generasi yang mampu berfikir.
“Perlunya komponen-komponen yang menyempurnakan eksistensi manusia. Manusia dalam berbagai definisi dalam terminologi biologi bahwa manusia sesungguhnya adalah sebuah spesies yang di sebut homo Sapiens,” jelasnya. Secara bahasa, homo adalah makhluk dan Sapiens berarti mampu berfikir. Selain itu, Rene Descartes salah satu ilmuwan memiliki definisi terhadap eksistensi manusia, “Cagito Ergo Sum” ketika kita berfikir maka kita ada. Eksistensi manusia terletak pada kemampuan berfikir.
“Ada pepatah yang berkata apabila kau ingin hidup selama tahunan maka tanamlah padi, apabila engkau ingin kesejahteraan selama puluhan tahun maka tanamlah pohon. Dan apabila engkau ingin beradad-abad sepanjang masa maka tanamlah orang dan itu yang telah dilakukan oleh PERGUNU,” imbuhnya lagi.
Dalam pidatonya, beliau berpesan bahwa semua akan mati termasuk yang cerdas, kecuali dia Yang nampu beradaptasi. Orang terpelajar hanyalah pemilik masa lalu, orang yang terus belajar yang akan menjadi pemilik masa depan. “Eisntein pernah berkata bahwa mereka yang pintar bukanlah Meraka yang berhitung secara cepat, bukan mereka yang mampu menghafal berjilid2 terapi mereka yang mampu beradaptasi,” pesannya.
Pidato manifesto pendidikan juga disampaikan oleh Najelaa Shihab selaku Founder Sekolah dan Kampus Guru Cikal. Ada berbagai tantangan pendidikan di Indonesia yang harus dihadapi oleh para guru. “Apa yang terjadi di masa depan sesungguhnya sudah terjadi saat ini, yakni dibentuk dari dalam ruang kelas kita,” jelasnya. Pendidikan di Indonesia masih saat belum bisa sampai kepada implementasi perubahan. Maka berbagai tantangan yang dihadapi antara lain ialah perkembangan teknologi (digitalisasi).
“Satu-satunya cara ialah pendidikan yang memberdayakan, yang memerdekakan, yang menumbuhkan kompetensi, untuk terus beradaptasi, apapun situasi yang dihadapi. Yang menantang sebetulnya adalah kompetisi apapun yang ingin kita tumbuhkan di murid-murid kita itu adalah sesuatu yang harus ada dikitanya dulu,” jelasnya lagi. Untuk menjawab tantangan ini, dunia pendidikan harus memberikan berbagai kompetensi kepada peserta didik. Kompetensi kunci adalah yang transdisiplin. Di Islam esensi dari Tarbiyah ialah transformasi. Sampai ke aksi. Menurutnya, proses pendidikan belum selesai apabila hanya berhenti di pikiran.