Puluhan mantan anggota organisasi ilegal di Indonesia, Hizbut Tahrir, terlihat kembali menggelar pawai Khilafah di jalanan kota Makassar saat menyambut bulan suci Ramadhan. Dalam video yang beredar, terlihat segerombolan massa berjalan sambil menenteng bendera hitam dan putih bertuliskan kalimat Tauhid (dengan khat khas eks-HTI).
Mereka juga menenteng beberapa banner bertuliskan slogan berbunyi “Makin Berkah dengan Syariah Kaffah”. Tak asing bukan? Ya, slogan ini dipakai “Khilafah Channel Reborn” untuk branding kegiatan mereka di saat Ramadhan 1443 Hijriyah ini.
Banner yang dibawa peserta pawai sangat persis baik dari segi desain, slogan, maupun logo yang ditampilkan dengan branding kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, kanal eks-HTI yang hingga kini masih eksis.
Pawai eks-HTI tidak hanya terjadi di satu titik saja, melainkan menurut informasi yang beredar, pawai ini berlangsung di kota Makassar, Pontianak, hingga Surabaya. Ini perlu kita waspadai, memang kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) saat ini secara organisasi sudah dicabut badan hukumnya oleh negara, namun bukan berarti organisasi ini telah benar-benar bubar dan lenyap dari peradaban. Pergerakan dan ideologi mereka tetap hidup. Seperti yang kita tahu, memusnahkan manusia memang mudah, tetapi memusnahkan ideologi sangat sulit.
Ini yang sedang terjadi pada para eks anggota HTI, mereka tetap bergerak bahkan lebih berani karena merasa sedang memperjuangkan syariat dan kebenaran subjektif sesuai kepentingan mereka. Seperti kata Menteri Agama RI Gus Yaqut kepada media baru-baru ini, sekarang ini eks HTI dan FPI terus bergerak di bawah tanah dengan cara mereka. Sehingga, tentu kita tidak bisa menyerahkan seluruhnya pada kepolisian, sebab ini merupakan tugas bersama dalam rangka mengamankan ideologi kebangsaan dari pengaruh paham dan ideologi yang diusung oleh eks HTI dan FPI.
Perlu diketahui, secara keorganisasian FPI dan HTI memang berbeda, dengan akidah yang cenderung berbeda pula. Namun, keduanya mengusung satu visi dan misi yang sama, yakni untuk melakukan makar terhadap negara serta memperjuangkan syariat Islam yang dipahami secara subjektif untuk ditegakan di negara yang multikultural seperti Indonesia.
Kita semua tahu bagaimana kiprah dua organisasi yang sama-sama telah dicabut badan hukumnya oleh negara tersebut. Kita semua tahu bagaimana FPI mengancam kerukunan antar umat beragama di Indonesia, mereka yang mempelopori kerusuhan Insiden Monas pada tahun 2008 serta penyerangan dan intimidasi terhadap komunitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Bogor.
Di mana Peran Polri?
Sepertinya sangat mustahil jika Polri tidak mengetahui agenda pawai seperti yang terjadi di Kota Makassar. Di setiap kabupaten atau kota kan biasanya ada Intel, mustahil tidak ada informasi masuk tentang kegiatan tersebut.