Setiap 28 Oktober dalam penanggalan masehi, kita merayakan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Saat tulisan ini hadir, peringatan ini menginjak usia ke-94 tahun. Cukup tua dan pasti sangat berkesan bagi para kaum muda yang membaca kembali makna Sumpah Pemuda. Namun, akhir-akhir ini ada banyak sekali pemuda-pemudi indifferent dan bahkan ingin mengubah dasar negara.
Perjalanan panjang pra kemerdekaan Indonesia tak dapat dipisahkan dari peran para pemudanya. Dinamika penjajahan yang mengakibatkan pemuda turun, saling gotong royong melawan musuh. Tujuannya hanya satu, kemerdekaan!.
Pasca Indonesia merdeka, para pemuda juga andil menyusun konsep negara bangsa. Hingga kemudian para pemuda terus menyuarakan kebenaran dan keadilan sampai sekarang. Pemuda cenderung berpikir idealis dan hampir tidak dapat digoyahkan. Kasus ini akan kita bandingkan ketika para pemuda-pemudi bersinggungan dengan agama.
Sejarah Singkat Sumpah Pemuda
Dalam buku Sumpah Pemuda: Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional, ada tiga pertumbuhan yang memicu untuk para pemuda bersatu dalam Kongres Pemuda. Pertama, munculnya kalangan terpelajar. Kedua, tumbuhnya organisasi pemuda. Dan yang ketiga, tumbuhnya organisasi kepanduan (Momon, 2008).
Pada Kongres Pemuda I, dilaksanakan dengan tiga kali rapat. Yakni Jum’at 30 April 1926, Sabtu, 1 Mei 1926, dan Minggu, 2 Mei 1926. Kongres Pertama ini diketuai oleh Mohammad Tabrani. Dalam pidatonya, ia menyampaikan tujuan terselenggaranya acara tersebut untuk menumbuhkan semangat persatuan nasional dan menghindari segala sesuatu yang mencerai berai pemuda.
Lalu Kongres Pemuda II diadakan di Batavia, 27-28 Oktober 1928. Diketuai oleh Soegondo Djojopoespito. Kongres Pemuda II dibagi pada tiga tempat. Di gedung Katholieke Jongenlingen Bond (Lapangan Banteng), Oost-Java Bioscoop (Medan Merdeka Utara), dan Indonesische Clubgebouw (Kramat Raya). Dari Kongres Pemuda II inilah, sejarah Indonesia menjadi berkesan.
Fenomena Pemuda Saat Ini
Hampir semua pemuda zaman sekarang tidak lepas dari internet atau sosial media. Survei dari We Are Social – Hootsuite menunjukkan bahwa sebanyak 204,7 juta pengguna internet aktif dan 191,4 juta aktif bermedia sosial. Dan angka tersebut akan terus naik dari tahun ke tahun.
Internet menjadi jalur alternatif juga untuk mencari sumber keilmuan agama. Seperti hukum-hukum Islam (syari’at) dan topik-topik lainnya. Hal ini sangatlah mudah untuk zaman serba instan sekarang ini.