Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kabar

Abu Fida Sarankan Rekontekstualiasi Semangat Jihad

Akhiri Gerakan Radikalisme dan Terorisme di Indonesia

Admin Islamina by Admin Islamina
15/07/2024
in Kabar
3 0
0
3
SHARES
63
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Baru-baru ini, kelompok Jamaah Islamiyah (JI) menyatakan telah membubarkan diri. Namun, pertanyaannya adalah apakah ini benar-benar akhir dari kelompok teror tersebut atau hanya manuver untuk bergerak di bawah permukaan?

Muhammad Saifuddin Umar, atau yang biasa dikenal dengan Abu Fida, adalah salah satu mantan pentolan JI bahkan pernah ikut deklarasi ISIS, yang kini telah bertobat. Menanggapi kabar bubarnya JI, Abu Fida mengatakan, sebagai seorang Muslim, umat diajari untuk menilai sesuatu berdasarkan yang tampak. Dia menambahkan, hanya Allah-lahah yang mengetahui segala perkara yang tidak tampak secara lahiriah.

BacaJuga

Generasi Muda Patut Waspadai Penyebaran Intoleransi dan Radikalisme Gaya Baru

Ketua BAZNAS RI Tekankan Kebutuhan Ilmuwan Filantropi

Konflik Global Atasnamakan Islam, Gus Yahya: Kampanye Al-Islam Al-Insaniyah Solusinya

“Kita sebagai seorang muslim hanya mampu membaca secara zahirnya (yang tampak/lahiriahnya). Nabi Muhammad mengajari kita untuk menilai orang, komunitas, atau apapun kelompoknya itu dengan apa yang tampak atau bisa dilihat mata. Jadi secara batin atau niat dari seseorang, hanya Allah yang mau tahu,” kata Abu Fida di Surabaya, Kamis (11/7/2024).

Publik tentu paham bahwa JI (Jamaah Islamiyah) dikenal sebagai kelompok yang berpaham ekstrem dan menghalalkan kekerasan. Kelompok ini telah terbukti terlibat pada peristiwa Bom Bali I dan II, serta serangkaian teror bom pada akhir tahun 1990-an sampai awal 2000-an. Menurut Abu Fida, orang yang memiliki pemahaman atau ideologi yang sarat dengan kekerasan tentu butuh proses yang berkesinambungan untuk membuatnya menjadi normal dan terbuka pada perbedaan.

Ia percaya bahwa menghilangkan pemahaman berbahaya ini memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan melibatkan masyarakat untuk memperjuangkan keadilan dan kebersamaan, sehingga lingkungan tempat tinggal bisa menerima kembali para mantan napiter, serta kehidupan bermasyarakat bisa berjalan dengan sediakala.

Selain itu, mantan napiter juga perlu membentuk kesadaran diri tentang pentingnya toleransi dan moderasi beragama melalui banyak berdiskusi dan berdialog, untuk menemukan kebenaran sejati. Ini semua dilakukan agar mantan napiter tidak kembali terjebak pada pola kekerasan sebelumnya yang hanya menjadikan agama sebagai pembenaran atas agenda atau tindakan brutalnya.

Abu Fida juga membahas tindakan Siska Nur Azizah, pelaku teror Mako Brimob 2018, yang baru-baru ini secara sukarela berikrar setia pada NKRI. Terlepas dari kontroversi tentang niat Siska Nur Azizah mengucapkan ikrar setia, Abu Fida menegaskan pentingnya berpikir positif dan menilai sesuatu berdasarkan kondisi lahiriahnya.

“Selama tidak ada bukti otentik bahwa Siska akan kembali ke pemikiran lamanya, kita harus menerima ikrarnya sebagai niat yang tulus,” ucapnya.

Mengulas perubahan pola pergerakan terorisme di Indonesia, Abu Fida mengatakan sebenarnya jauh sebelum belakangan ini tersiar kabar bahwa JI dibubarkan, sudah ada banyak napiter yang terafiliasi dengan JI menyatakan insyaf.

“Bahwa tahun 2023 bisa dikatakan sebagai zero attack of terrorism atau tidak adanya serangan teroris. Ini bisa dianggap sebagai implikasi dari pembubaran JI, yang sebenarnya sudah beberapa kali terjadi penangkapan terhadap anggotanya, dan ikrar setia pada NKRI yang diucapkan oleh mantan anggota JI seperti Siska Nur Azizah,” ungkapnya.

Abu Fida juga menekankan pentingnya rekontekstualisasi atau penafsiran ulang ayat-ayat perintah berjihad dalam ajaran Islam agar sesuai dengan semangat NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Rekontekstualisasi Ini penting untuk merawat kebhinekaan di Indonesia, sehingga ayat-ayat jihad tidak dimaknai dengan kondisi yang tidak sesuai kenyataan,” tuturnya.

Pemelintiran tafsir dalil agama seringkali disebabkan oleh seseorang yang tertekan atau dipolitisasi oleh pihak tertentu. Menurut Abu Fida, penafsiran firman Allah dan sabda Rasulullah harus dikembalikan kepada ulama-ulama yang kompeten.

“Sebagai manusia, kita hanya mampu menilai yang terlihat dan hanya Allah yang mengetahui yang tidak terlihat. Indonesia dengan segala kebhinekaannya harus terus dirawat dan dijaga dengan segenap kekuatan bangsa, termasuk umat Islam. Sinergi semua pihak dalam mencapai ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah kunci untuk mewujudkan Indonesia yang damai dan harmonis,” jelas Abu Fida.

Mengakhiri penjelasannya, Abu Fida berpesan agar melalui pendekatan yang holistik, melibatkan seluruh stakeholders, serta rekontekstualisasi ayat-ayat jihad, pasti akan dapat merawat kebhinekaan dan menjaga Indonesia dari ancaman radikalisme dan terorisme. “Komitmen ikrar setia pada NKRI oleh mantan pelaku teror seperti Siska Nur Azizah adalah langkah positif yang perlu didukung oleh seluruh elemen masyarakat,” pungkasnya.

Tags: Abu FidaJI Bubarradikalismesemangat jihadTerorisme
Previous Post

Kemajuan Teknologi dan Bahayanya

Next Post

Proses Konversi Ideologi Berjalan Baik, Pengamat: Kuncinya Keberlanjutan Deradikalisasi

Admin Islamina

Admin Islamina

RelatedPosts

Generasi Muda Patut Waspadai Penyebaran Intoleransi dan Radikalisme Gaya Baru
Kabar

Generasi Muda Patut Waspadai Penyebaran Intoleransi dan Radikalisme Gaya Baru

18/11/2024
Ketua Baznas RI
Kabar

Ketua BAZNAS RI Tekankan Kebutuhan Ilmuwan Filantropi

22/10/2024
Gus Yahya PBNU
Kabar

Konflik Global Atasnamakan Islam, Gus Yahya: Kampanye Al-Islam Al-Insaniyah Solusinya

24/09/2024
Hikmah Maulid Nabi Sangat Bagus Untuk Menangkal Penyebaran Radikalisme dan Terorisme
Kabar

Hikmah Maulid Nabi Sangat Bagus Untuk Menangkal Penyebaran Radikalisme dan Terorisme

23/09/2024
Lakpesdam PBNU: Inspirasi Pupuk Kasih Sayang dan Persaudaraan
Kabar

Lakpesdam PBNU: Inspirasi Pupuk Kasih Sayang dan Persaudaraan

12/09/2024
Noor Huda: Cegah Swa-Radikalisasi dengan Penanaman Literasi Digital, Penguatan Narasi Positif, dan Penegakan Hukum
Kabar

Noor Huda: Cegah Swa-Radikalisasi dengan Penanaman Literasi Digital, Penguatan Narasi Positif, dan Penegakan Hukum

13/08/2024
Next Post
Proses Konversi Ideologi Berjalan Baik, Pengamat: Kuncinya Keberlanjutan Deradikalisasi

Proses Konversi Ideologi Berjalan Baik, Pengamat: Kuncinya Keberlanjutan Deradikalisasi

Bulletin Islamina Edisi Juli 2 2024

Ketika Teroris Memanfaatkan AI

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.