Agama islam menekankan kepada umat manusia supaya menghormati gurunya walau status sosial di masyarakat lebih rendah atau lebih muda usianya karena memang mereka pantas dimuliakan. Hal ini sesuai penjelasan imam Al Ajurry dalam kitab Akhlakul Ulama yang berbunyi:
وَأَمَّا تَوَاضُعُهُ لِلْعُلَمَاءِ فَوَاجِبٌ عَلَيْهِ , إِذْ أَرَاهُ الْعِلْمَ ذَلِكَ
Adapun sikap tawadhu’ atau rendah hati kepada ulama hukumnya wajib, alasannya dikarenakan seorang guru telah mengenalkan ilmu kepadanya.
Baca juga: Ijtihad dalam Upaya Menafsir Ulang Al-Qur’an
Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa seorang murid harus berbakti dan menghormati kepada guru yang pernah mengajarkan ilmu, petuah, nasehat kehidupan maupun yang lain sebagai kunci kesuksesan dan kemanfaatan ilmu yang ia miliki.
Maka dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang guru kalau ingin dihargai dan dihormati oleh murid-muridnya maka harus mampu bersikap bijaksana dan patut dijadikan idola bahkan panutan di dunia nyata. Begitu juga murid harus menghargai gurunya sebagai pendidik, sebagai orang yang berjasa besar terhadap masa depannya.
Pentingnya Mengetahui Keutamaan Ilmu
Ilmu ibarat sebuah lentera yang mampu menerangi kegelapan dan orang yang memilikinya seharusnya mampu menerangi dirinya sendiri terlebih dahulu dan orang sekitarnya sehingga mampu menerangi atau menuntun ke jalan yang sesuai koridornya. Bila ilmu yang didapatkan tak mampu merubah keadaan dirinya maka ia tak akan mendapatkan buahnya, karena buahnya ilmu itu mengamalkannya.
Imam al-Asfihani dalam Makarim as-Syariah menjelaskan bahwa keutamaan ilmu dapat diketahui melalui dua hal, yaitu: Pertama, Kemuliaan bagi pemiliknya, orang yang memiliki ilmu akan dihargai oleh orang lain bila ia mampu mengamalkan ilmu dan menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia. Kedua, mampu mempertanggungjawabkan argumen ilmiah terhadap pernyataan atau jawaban yang ditujukan kepadanya. Hal ini sangat penting karena seorang ahli ilmu bila tak didukung dengan ilmu maka jawabannya akan menyesatkan orang lain.
Seorang pelajar, santri, Kyai, Ulama’ atau para akademisi harus mampu mempertanggungjawabkan diri didepan khalayak umum sehingga masyarakat tak ada keraguan lagi dalam mengikuti dirinya, karena ahli ilmu sebagai panutan dalam menyelesaikan permasalahan yang berkembang di masyarakat.
Tips agar mendapatkan Keberkahan Ilmu
Ilmu sebagai penuntun prilaku manusia agar hidupnya mulia. Untuk mendapatkan keberkahan ilmu yang bermanfaat dibutuhkan kesabaran yang tinggi serta kerendahan hati sebagai pancaran dari ilmu. Dalam kitab Adzariah ila Makarim as-Syariah, Raghib al-Asbihani menjelaskan bahwa ada tiga hal untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, yaitu:
Pertama, membersihkan diri dari segala perilaku yang kurang terpuji. Akhlak yang baik sangat dibutuhkan karena sebagai tanda kebaikan seseorang dan dari hasil ilmu yang telah didapatkan. Ibarat ladang yang siap ditanami biji-bijian, maka harus dibersihkan dari hama dan rumput yang mengganggu.
Kedua, tak terlalu menyibukkan diri dalam urusan duniawi. Bekerja merupakan sebuah keharusan untuk mencukupi kebutuhan, namun luangkan waktu untuk selalu menambah ilmu pengetahuan agar tak ketinggalan informasi, serta selalu mencari inovasi agar hidupnya selalu bervariasi.
Ketiga, menghilangkan sikap angkuh, arogan kepada siapapun, terutama kepada gurunya, ataupun kepada ilmunya, karena seseorang tak akan mendapatkan keberkahan ilmu jika dalam dirinya ada sedikit kesombongan, ia merasa sudah cukup ilmunya sehingga dengan mudah meremehkan orang lain.
Hal-hal ini merupakan kunci keberhasilan dalam belajar guna mendapat ilmu yang berkah yang dapat menjadikan hidupnya semakin terarah dan tak salah arah sehingga menjadi manusia yang tak mudah marah.