Kemudian, masih dari buku yang sama, agama yang menjadi sorotan ialah agama-agama Ibrahim (Abrahamic Religions); Yudaisme, Kristianitas, dan Islam. Selama ini segelintir orang memahami jika agama monotheisme, percaya pada Tuhan Yang Tunggal, rentan terhadap isu tidak toleran dan kekerasan.
Amstrong begitu sering mendengar penjelasan-penjelasan dari berbagai orang yang menyatakan jika agama begitu agresif dan kejam. Sebagian dari mereka berpendapat jika agama merupakan penyebab fundamental dari terjadinya perang besar di dalam sejarah.
Pernyataan seperti ini sangat ambigu menurut Amstrong. Karena berdasarkan hasil bacaannya, dua perang dunia pada abad ke-20 tidak disebabkan agama atau ihwal lain yang dapat dikaitkan dengan agama.
Begitu pula dengan Azra. Setiap kali ia pergi ke Eropa dan Amerika baik untuk mengisi konferensi atau acara lainnya, sering kali banyak pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepadanya yang memojokkan agama. Terlebih lagi semenjak adanya peristiwa 9/11 (2001), kemunculan Taliban, dan ISIS.
Walaupun ia telah memberikan tanggapan secara serius dan berulang-ulang namun tetap saja prasangka jika Islam dan juga pengikut ajarannya sering melakukan tindak kekerasan.
Di sisi lain, Azra dalam bukunya, menukil sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ahli tentang kekerasan politik atau terorisme bahwa kekerasan yang dilakukan oleh seseorang ataupun kelompok berdasarkan sesuatu yang begitu kompleks.
Senada dengan hal itu, menurut Tim ahli yang dibentuk oleh Raja dan perdana menteri Spanyol pasca pemboman Madrid 2004, mereka berkesimpulan jika agama jarang sekali menjadi satu-satunya faktor dalam kekerasan dan terorisme.
Oleh karenanya, sebagaimana penuturan Azra pada akhir tulisannya
“Islam tidaklah penyebab terorisme. Begitu juga agama-agama lain yang tidak terkait dengan tindakan kekerasan dan terorisme yang dilakukan kelompok yang memeluk agama tersebut.”
Wallahu a’lam bi ash-shawab
Baca Juga: Melacak Akar Lahirnya Kekerasan Atas Nama Agama