Akhir-akhir ini di media sosial mencul kembali perdebatan soal Islam dan kemunduran. Kelompok yang menuding bahwa terdapat ulama-ulama yang memahami Islam justru menyebabkan kemuduran peradaban Islam. Sebagaimana yang kontra alih-alih tidak sepakat dengan pernyataan itu, mereka menuduh bahwa kelompok yang berpandangan bahwa paham Islam menjadi sebab kemunduran itu adalah ulah kelompok liberal, sekuler.
Saya sendiri mensinyalir diskusi tersebut mencuat pasca munculnya buku Timur Kuru yang melihat patronase anatara ulama dan umara itu jadi biang kerok kemunduran pemikiran. Karena perbedaan pemikiran dihakimi dengan kekuatan militer sehingga mengakibatkan mandulnya kreativitas pemikiran, khususnya di dunia filsafat.
Saya juga paham bahwa mereka yang sepakat dengan Kuru sebenarnya sudah geram melihat ulah sebagian kelompok Islam yang justru hendak kembali pada 15 abad ke belakang. Sementara perkembangan sains modern dewasa ini makin tidak bisa dibendung. Misalnya lahir wacana untuk membuka kehidupan di Mars, munculnya transaksi aset Kripto, dan sejenisnya. Sedangkan ulama seperti fatwa Al-Azhar, Kairo dan PWNU Jatim mengharamkan hal itu.
Untuk melihat itu saya sendiri sepakat dengan teorinya Hasan Hanafi yang menawarkan pembaharuan tanpa harus lepas secara radikal dari teks. Melihat kekayaan intelektual sains, filsafat, alamiah juga pernah dilahirkan dari ulama-ulama Islam, misalnya harta intelektual di bidang kedokteran yang dilahirkan oleh Ibnu Sina dan Ilmu Sosial yang dilahirkan oleh Ibnu Khaldun. Saya kira itu semua jadi bukti bahwa ulama-ulama Islam bisa mumpuni berkarya di bidang itu tanpa harus terpenjara pada pemahaman teks yang sempit.