Pada saat itu, ada beberapa oknum yang menilai Presiden Joko Widodo menyekutukan Allah SWT atau syirik. Padahal, kata Gus Miftah, perintah tersebut adalah bentuk pemahaman yang baik dari Presiden terhadap kearifan lokal dan budaya masing-masing daerah serta wujud dari komitmen untuk membawa persatuan.
Hal tersebut juga senada dengan konsep nasionalisme yang dikemukakan KH Hasyim Asy’ari melalui jargon hubbul wathon minal iman atau cinta Tanah Air adalah sebagian dari iman.
Menurut Gus Miftah, konsep al wathan atau negara yang diusung KH Hasyim Asy’ari bukan negara itu sendiri, melainkan Tanah Air. Di dunia, konsep ini pun hanya diusung oleh Indonesia.
“Makanya, jangan kaget atau memiliki persepsi yang salah saat Pak Joko Widodo meminta para gubernur membawa tanah dan air dari daerahnya saat memulai pembukaan ibu kota baru di Kalimantan. Ini hebatnya Pak Jokowi, menurut saya, yaitu beliau memahami kearifan lokal dan budaya masing-masing daerah,” kata Gus Miftah.
Dengan demikian, kata dia, semangat yang dibawa dari langkah tersebut adalah semangat persatuan, bukan untuk menyekutukan Allah SWT.
“Maka, kalau ada yang mengatakan Pak Joko Widodo syirik dan melakukan kelinik atau kegiatan perdukunan dengan meminta gubernur membawa tanah dan air, itu salah. Beliau membawa semangat persatuan,” tukas Gus Miftah.