Dalam ilmu psikologis sikap Qarun ini bisa disebut dengan shock culture, sebab terlalu banyak harta sehingga lalai dengan esensi dirinya sebagai manusia. Memang jika dilihat dari sejarah hidupnya, Qarun semula adalah sosok yang memiliki keterbatasan ekonomi yang taat beragama. Bahkan rajin melantunkan bait-bait Taurat.
Selain itu Qarun juga digambarkan dengan sosok yang cerdas. Karena ia adalah sepupu Nabi Musa dan ia faham betul bahwa doa seorang Nabi itu akan mudah diijabah oleh Allah maka datanglah Qarun kepada Nabi Musa dan meminta Nabi Musa untuk mendoakannya supaya ia bisa menjadi kaya. Singkat cerita, setelah Nabi Musa mendoakannya, maka jadilah ia seorang yang kaya raya.
Namun kekayaan yang ia miliki justru membuat ia lupa diri dan sombong. Akibat kesombongannya, Allah menurunkan azab kepada Qarun sebagai bentuk hukuman baginya dengan tanah longsor sehingga tenggelamlah ia bersama rumah dan seluruh harta bendanya. Hal ini membuat orang-orang yang silau terhadap kekayaan dan kedudukan yang dimiliki oleh Qarun tadi sadar bahwa harta bukanlah segalanya, harta tidak bisa menolong dan menyelamatkan pemiliknya jika tidak digunakan sebagaimana mestinya.
Diabadikannya nama Qarun pada sejumlah ayat dalam Al-Quran sebagai sosok manusia hina yang sombong dan lupa diri sebagai hukuman bagi dirinya ini sekaligus sebagai peringatan bagi kita agar tidak jatuh ke lubang yang sama dengan Qorun. Ditenggalamkannya Qarun dalam tanah ini adalah pelajaran, betapa tidak berdayanya mereka yang super kaya jika sudah mengalami kondisi seperti itu.
Dari kisah Qarun ini kita dapat berkaca dan arif dalam mengambil sikap terhadap fenomena crazy rich. Harusnya tidak mudah silau terhadap kekayaan yang dipamerkan di media sosial, apalagi di balik itu ada misi dari mereka untuk menilap harta masyarakat sebagaimana yang telah terungkap saat ini. Bahkan sebagian mereka justru berada pada titik akhir harus tenggelam dalam jeruji tak ubahnya Qarun. Na’azubillah.
Baca Juga: Kenapa Manusia Tak Dijadikan Kaya Semua? Ini Penjelasannya