Islam dan Konservasi Lingkungan
Berbanding terbalik dengan hakikat diciptakannya manusia ke muka bumi, yaitu menjadi khalifah. Perilaku manusia dalam merusak lingkungan telah menyalahi kodratnya sebagai “khalifah” di bumi. Padahal, sebagai seorang khalifah, tentu saja, ia memiliki kewajiban cukup berat: bagaimana mampu menjalin hubungan yang baik dengan seluruh makhluk di muka bumi dan segala isinya.
Artinya, memakmurkan bumi secara baik merupakan sesuatu hal yang tak bisa ditampik demi terciptanya kemaslahatan, baik untuk diri sendiri maupun generasi berikutnya. Inilah sebenarnya tujuan utama diciptakan seorang manusia oleh Allah Swt. Bukan malah sebaliknya, yaitu mengeksploitasi lingkungan alam sesuka hati tanpa memikirkan dampak dari perbuatannya. Bahkan, untuk memuaskan hawa nafsunya ia rela mengorbankan manusia lain walaupun dari keluarga sendiri.
Sementara itu, Islam juga menegaskan bahwa ia diturunkan ke muka bumi dengan membawa misi utamanya, sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil ‘alamin). Sedari awal Islam, memang sangat menjunjung tinggi nilai cinta kasih antar sesama makhluk – baik manusia, hewan, tumbuhan, maupun alam semesta. Kesemuanya harus dilihat secara inheren, sebab sama-sama umat yang mempunyai eksistensi, kehormatan, hikmah penciptaan, dan ciri-ciri tersendiri.
Saking urgennya memelihara lingkungan, di dalam Al-Quran telah banyak disebutkan, baik berupa perintah maupun larangan. Misalnya, dalam Surat Ar-Rum dinyatakan secara tegas, yaitu:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Rum [21]:41)
Dalam ayat yang lain, Al-Quran juga menyatakan tentang larangan bagi manusia untuk mencemarkan lingkungan, yaitu:
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَا حِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًا اِنَّ رَحْمَتَ اللهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan”. (QS. Al-A’raf [8]:56)
Jadi, betapa mulia dan luhurnya Islam memosisikan seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini. Artinya, Islam tak melulu tentang persoalan bagaimana membangun hubungan yang baik antara hamba dengan Tuhan, dan sesama. Tetapi lebih dari itu, yakni bahwa manusia juga diwajibkan memiliki hubungan harmonis terhadap lingkungan, dengan cara memeliharanya.
Tentu, tujuan utama yang hendak dicapai dalam hubungan ini adalah terciptanya suatu kebaikan dan kesejahteraan bagi manusia itu sendiri. Walaupun, terkadang, manusia tidak memahami, atau memang sengaja untuk tidak ingin memahaminya. Lantas apakah kita tetap – sebagai umat Islam – akan mengeksploitasi alam dengan dalih memanfaatkan isi dan kandungan di dalamnya? Atau sebaliknya? Wallahu A’lam