Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Diplomasi Total dengan Islam Nusantara

Diplomasi Total dengan Islam Nusantara

Diplomasi Total dengan Islam Nusantara

Asep Najmutsakib by Asep Najmutsakib
23/04/2022
in Gagasan, Populer, Tajuk Utama
7 1
0
8
SHARES
155
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Perang dingin merupakan sebuah istilah dimana konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (Blok Barat) dan Uni Soviet (Blok Timur) terjadi antara tahun 1947-1991. Istilah “Perang Dingin” diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan relasi yang terjadi di antara dua negara adikuasa. Pertarungan ideologi demokrasi-kapitalis dan komunis-sosialis menjadi dominan, menjadi kreditur terbesar di dunia yang sama-sama berkeinginan menjadi penguasa dunia. Dinamika global tersebut terus bergerak ke belahan banyak negara dan berkontribusi langsung terhadap negara-negara yang telah menjadi sekutunya. Dari waktu ke waktu, politik global semakin bersifat multipolar dan multisivilisasional.

Akhir 1980-an, dunia memasuki politik tahap baru pasca meredanya perang dingin. Kehadiran “the end of history” karya francis fukuyama, menyatakan demokrasi liberal barat sebagai bentuk akhir dari evolusi sosial, kultural dan pemerintahan di dunia dan terjerembabnya nation state dalam tarikan tribalisme dan globalisme. Terlebih pecahnya Uni Soviet membuat Amerika Serikat membutuhkan panduan baru untuk membaca situasi global ke depan. Salah satu pemikiran yang mendapatkan perhatian bagi pengambil kebijakan di amerika serikat adalah artikel samuel p. Huntington’s pada tahun 1993 dengan judul “the clash of civilizations”.

BacaJuga

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

Huntington menawarkan paradigma baru dalam membaca dunia. Ia melihat ada 7 peradaban yang akan mewarnai persaingan global; Western, Latin American, Confucian, Japanese, Islamic, Hindu, dan Slavic-Orthodox. Kemudian, memprediksikan akan terjadi konflik pada level makro antar negara-negara dari peradaban yang berbeda dalam mengontrol institusi internasional, ekonomi global dan kekuatan militer. Thesis Huntington tersebut sering dijustifikasi kebenarannya via peristiwa 11 September 2001. Setelah perang dingin, banyak bendera dan identitas-identitas kultural (tradisional/lokal) bermunculan. Orang-orang (masyarakat) bisa saling terpisahkan oleh ideologi, tetapi dapat tersatukan melalui kebudayaan.

Sebagaimana halnya kasus yang terjadi dengan dua Jerman (barat dan timur), dua Korea (Utara dan Selatan) serta beberapa negara Tionghoa (Taiwan, Hongkong). Pun, masyarakat yang tersatukan karena alasan ideologi ataupun ikatan-ikatan historis, dapat saja terpisahkan oleh peradaban. Sebagaimana yang telah terjadi dengan Uni Soviet, Yugoslavia, Bosnia, Ukraina, India, Srilangka, Sudan, dll. Yang menjadi persoalan terpenting bukanlah ihwal ideologi, politik, atau ekonomi tetapi persoalan budaya. Kebudayaan dapat menjadi kekuatan pemecah-belah sekaligus kekuatan pemersatu. 

Total Diplomacy Islam Indonesia 

Ditengah   kompleksitas   permasalahan   global   seperti   ketidakadilan, pelanggaran  HAM,  radikalisme,  terorisme,  dan  berbagai  masalah  global  peradaban  dunia,    kebutuhan  untuk  menemukan  model keberagamaan  semakin  mendesak  terutama  untuk  membangun  peradaban dunia yang berkeadilan, damai, dan harmoni. Banyak wacana dan model coba   dikembangkan   dan   ditawarkan   sebagai   solusi. Di tengah kebuntuan wacana, konsep Islam Indonesia menjadi alternatif. Sebuah konsepsi dan sublimasi dari role model keberagaman,  tipologi  keislaman  umat  Islam  Indonesia. Berpijak pada konteks  historis  penyebaran  Islam,  metode  dakwah,  kerangka berpikir,  praktek ritual   dan   kultural,   karakter   dan   nilai   umat   beragama   di   Nusantara,   Islam Nusantara  menampilkan  satu  model  keberagamaan  yang  oleh  Azra  disebut  Islam yang  distingtif.

Islam Nusantara adalah istilah lain dari Islam sebagai rahmatan lil al’alamin. Merupakan ijtihad pemikiran Islam di tengah tantangan dunia Islam yang semakin besar. Bias pemikiran agama yang selama ini radikal-fundamentalis telah mengacaukan Islam dari dalam. Contoh nyata, terorisme yang dimotori oleh para aktivis Al-Qaeda merupakan bentuk ideologi fundamentalis mendasarkan pandangan agama terhadap teks-teks radikal tanpa memahami secara komprehensif seluruh dogma Islam. Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pun menjadi sensasi dunia karena tindakan brutal mereka tidak hanya untuk non-Muslim, tetapi juga untuk umat Islam. Al-Qaeda dan ISIS telah menjadi ancaman bagi peradaban dunia.

Sebagai gagasan Islam di Indonesia, Islam Nusantara dapat mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semesta, karena konsepnya mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik. Tanpa menegasikan aspek lainnya, model   keberagamaan Islam Nusantara terletak  pada penguatan nalar sufistik. Nalar yang mampu mendialogkan Islam dengan karakter Nusantara, maka ikhtiar ini menjadi opsi dalam   menciptakan transformasi  global  menuju  peradaban  tanpa  perang,  tanpa  diskriminasi,  tanpa pelanggaran  HAM,  tanpa  radikalisme,  dan  tanpa  terorisme dalam membangun  perdamaian  dunia. Sebuah semangat yang mengupayakan penguatan relasi kemanusiaan sebagai bagian dari masyarakat dunia.

Page 1 of 2
12Next
Tags: Diplomasiislam indonesiaIslam NusantaraKeadilanperdamaianperdamaian duniaradikalismeTerorisme
Previous Post

Kaderisasi Peacekeeper pada Digital Native

Next Post

Melestarikan Ta’awun di Era Modern

Asep Najmutsakib

Asep Najmutsakib

RelatedPosts

hukum alam
Gagasan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
teologi kemerdekaan
Gagasan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam
Gagasan

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
agama cinta
Gagasan

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

17/07/2025
sound horeg
Gagasan

Sound Horeg: Pergulatan Subkultur dan Diskursus Agama

15/07/2025
Next Post
Melestarikan Ta'awun di Era Modern

Melestarikan Ta'awun di Era Modern

Jangan Sembarang Tuduh Penista Agama Bulletin Islamina

Jangan Sembarang Tuduh "Penista Agama"

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.