Imam Al Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim mengkisahkan tentang pentingnya menghormati guru. Tujuannya adalah agar orang yang mencari ilmu kelak mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Harun Ar Rasyid (w. 809 M), Khalifah kelima dari Bani Abbasiyah yang terkenal kealiman dan kebijaksanaannya mengirim putranya untuk belajar ilmu dan adab kepada Imam Al Asmu’i.
Nama lengkap imam Al Asmu’i adalah Abdul Malik bin Qarib (w. 831 M bertepatan tahun 216 H). Harun Ar Rasyid menjukuki Imam Al Asmu’i sebagai Syaithan As-Syi’ir atau setannya para penyair. (As Syibrawi: 2015).
Imam Al Asmu’i dikenal sebagai ulama’ yang pakar dan menguasai ilmu bahasa Arab dan syair-syairnya secara mendalam, begitu juga belia dikenal sebagai pakar dalam ilmu riwayat.
Suatu ketika Imam Al Asmu’i sedang berwudhu dan membasuh sendiri kakinya. Sedangkan putra sang khalifah hanya menuangkan air kepadanya.
Melihat kejadian ini, Harun Ar Rasyid menegur secara halus kepada Imam Al Asmu’i perihal yang dilakukan kepada puteranya.
Harun Rasyid lantas berkata:
“Aku mengirim puteraku kepada engkau agar diajar dan dididik, tapi mengapa engkau tidak memerintahkan puteraku untuk menuang air dengan tangannya dan tangan yang satunya lagi untuk membasuh kakimu?”
Sungguh perilaku mengharukan yang dilakukan sang Khalifah agar putranya menghormati guru yang telah mengajarkan ilmu.
Dari sini dapat dipahami bahwa Harun Ar Rasyid walau sebagai seorang khalifah atau pemimpin yang memiliki jabatan tinggi mengajarkan etika dan sopan santun kepada guru yang telah mengajarkan ilmu kepada puteranya.
Hal ini berbeda dengan fenomena saat ini, banyak orang tua yang melaporkan guru yang telah mengajarkan putera-putrinya kepada pihak berwajib cuma gara-gara masalah kecil seperti menghukum muridnya berdiri di depan kelas dengan tujuan kedisiplinan.
Imam Sadiduddin As Syairazi mengutip pesan dari gurunya yang berisi barangsiapa yang ingin putera-putrinya menjadi ulama maka hormatilah orang-orang alim dengan memberikan makan atau memberikan sesuatu kepadanya. Bila puteranya tak menjadi orang alim maka cucunya akan menjadi seorang ulama.
Kisah inspiratif ini mengajarkan kepada kita betapa pentingnya menghormati guru yang telah mengajarkan ilmu dan etika.
Baca juga: Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi
Tantangan Guru di Era Globalisasi
Dalam tradisi Jawa, istilah Guru merupakan akronim dari biso digugu lan biso ditiru, artinya bisa dipercaya ucapan dan prilakunya. Dari penjelasan tersebut seorang guru merupakan orang yang dianggap mampu menjadi panutan dalam bersikap dan berbudi pekerti yang baik dengan didasari pengetahuan yang ia miliki sehingga profesi ini sangat terhormat dan bermartabat.