Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Empat Kondisi Umat Islam, Bagaimana Menyikapinya

Empat Kondisi Umat Islam, Bagaimana Menyikapinya?

Hatim Gazali by Hatim Gazali
12/12/2023
in Gagasan, Tajuk Utama
8 1
0
9
SHARES
177
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Apalagi, seluruh amal ibadah, sholat, puasa, zakat dan haji itu tidak kembali kepada Allah, tetapi kembali baik pahala maupun manfaatnya kepada pelakunya, yakni kita sendiri. Allah akan tetap menjadi Allah sekalipun tidak ada satupun manusia yang menyembahkan. Tidak akan mengurangi. Kebesaran Allah tidak akan berkurang sekalipun tidak ada orang yang menyembahnya. Karena Allah tidak bergatung dan tergantung kepada amal ibadah yang dilakukan oleh manusia. Dalam kerangka inilah, benar firman Allah bahwa al-Qur’an itu merupakan petunjuk dan pedoman bagi segenap manusia, bukan pedoman bagi Allah.

Keempat, sebagai konsekuensi dari ketiga sifat di atas, semakin hari, kita semakin menjadi umat yang mudah tersinggung. Seketika kita langsung marah kepada kesalahan orang lain, baik kesalahan dalam bertutur kata, kesalahan dalam bersikap dan bertindak. Kita umbar kesalahan orang lain agar semua orang tahu bahwa si fulan itu telah melakukan kesalahan besar. Sementara kita selalu menyembunyikan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Kita tutupi kesalahan yang kita lakukan dengan cara menuduh orang lain melakukan kesalahan.

BacaJuga

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

Di sisi lain, kita jarang tersinggung terhadap firman-firman Allah yang ada dalam al-Qur’an. Al-Qur’an yang kita baca seringkali untuk menilai orang lain, bukan menilai diri sendiri. Ini berbeda dengan para sahabat Nabi. Para sahabat nabi ketika membaca al-Qur’an merasa tersinggung, karena sikap dan pikirannya masih belum sesuai dengan apa yang digariskan oleh Allah. Alih-alih untuk menilai dan menghakimi orang lain, para sahabat nabi seringkali meneteskan air mata ketika membaca ayat-ayat Allah.

Keempat fakta-fakta tersebut disebabkan karena adanya anggapan dari sebagian umat Islam bahwa syariat Islam hanya persoalan fikih, yang berbicara halal, haram, mubah, sunnah. Kita kurang perhatian aspek adab atau akhlak dan tasawuf yang lebih banyak menilai diri sendiri ketimbang menghakimi orang lain.

Terkait dengan adab ini, Imam Ibnu Qosim memberikan contoh yang baik. Imam Ibnu Qosim ini merupakan murid dari Imam Malik yang lahir 79 tahun setelah nabi Muhammad wafat. Ibnu Qosim ini mondok di pesantrennya Imam Malik selama 20 tahun. Kata Ibnu Qosim dalam kitab Tanbih al-Mughtarrin, “Aku telah mengabdi kepada Imam Malik bin Anas selama 20 tahun. Dari masa itu, 18 tahun aku belajar adab sedangkan sisanya 2 tahun untuk belajar ilmu”.

Bahkan, salah satu tujuan terpenting diutusnya Nabi adalah memperbaiki akhlak.

إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق

Tentu saja, akhlak di sini bukan sekedar akhlak kepada sesama manusia, tetapi juga akhlak kepada Allah dan akhlak kepada alam semesta. Secara fikih, seorang laki-laki boleh melakukan sholat sekalipun tidak menggunakan baju, karena pusar ke atas bukan menjadi aurat lelaki. Tetapi, hal itu tidak menunjukkan akhlak yang baik dalam beribadah.

Ketika kita belajar tasawuf, kita akan lebih sibuk mengurusi iman, tauhid dan ibadah kita sendiri ketimbang tauhid dan ibadah orang lain. Tasawuf bukan sekedar mengejar apakah ibadah yang kita lakukan memenuhi syarat dan rukunnya, tetapi bagaimana kita mendekat kepada Allah, baik pada saat melaksanakan ibadah mahdhah maupun ketika tidak melakukan ibadah mahdhah. Karena seringkali badan kita melakukan sholat, tetapi hati kita tidak sholat. Badan kita sujud, tapi hati kita memikirkan hal lain.

Page 2 of 2
Prev12
Tags: al quranFikihibadahSikap Keras
Previous Post

Konflik Bitung : Kerukunan yang Masih Semu ?

Next Post

Moderasi Beragama Rumusan Terbaik Hilangkan Efek Negatif Pendangkalan Dalil Agama oleh Kelompok Radikal

Hatim Gazali

Hatim Gazali

Pemimpin Redaksi Islamina.id | Dosen Universitas Sampoerna | Ketua PERSADA NUSANTARA | Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah PBNU

RelatedPosts

hukum alam
Gagasan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
teologi kemerdekaan
Gagasan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam
Gagasan

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
agama cinta
Gagasan

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

17/07/2025
sound horeg
Gagasan

Sound Horeg: Pergulatan Subkultur dan Diskursus Agama

15/07/2025
Next Post
Moderasi Beragama Rumusan Terbaik Hilangkan Efek Negatif Pendangkalan Dalil Agama oleh Kelompok Radikal

Moderasi Beragama Rumusan Terbaik Hilangkan Efek Negatif Pendangkalan Dalil Agama oleh Kelompok Radikal

Moderasi Beragama Jembatani Kekakuan Sosial Masyarakat Akibat Radikalisasi Pemikiran Agama

Moderasi Beragama Jembatani Kekakuan Sosial Masyarakat Akibat Radikalisasi Pemikiran Agama

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.