Jumat, Oktober 10, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Fungsi Umat Islam Dalam Berindonesia

Fungsi Umat Islam Dalam Berindonesia

Fungsi Umat Islam dalam Berindonesia

Fadhil Ashari by Fadhil Ashari
28/05/2021
in Gagasan, Tajuk Utama
8 0
0
7
SHARES
144
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Entitas adanya umat manusia di dunia merupakan hal yang tidak boleh dibantah. Perbedaan agama, suku, warna kulit, dan bahasa adalah suatu keniscayaan. Dalam Islam, percaya adanya Sang Maha Pencipta.

Adanya Sang Maha Pencipta, bukti fungsi dari apa itu sifat ‘wujūd’. Perlu diketahui bahwa sesungguhnya wujūd itu ada dua;

BacaJuga

Rasulullah SAW Teladan dalam Segala Aspek Kehidupan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Pertama. Wujudnya Allah, Sang Maha Pencipta atau al-H̱āliq. Dzat yang wajib disembah oleh wujud yang ke dua. Kedua, yaitu wujudnya makhluq atau dzat yang diciptakan, yakni wujud alam semesta ini dengan segala isinya.

Di dalam makhluq ada yang disebut manusia. Menurut Alquran bahwa manusia disebut al-Basyar, yaitu manusia yang bersifat fisik dengan kelengkapan panca indranya. Lalu manusia juga disebut al-Insān atau makhluq psikologis yang kadang bahagia dan kadang resah, kadang gembira dan kadang sedih, kadang senang dan kadang juga terjadi kegundahan, begitulah jiwa manusia.

Kata insan diambil dari kata bahasa Arab, nasiya – yansa yang artinya lupa, atau ‘uns yang artinya mesra, juga dari kata nasa – yanusu yang artinya bergejolak. Jadi, manusia pada dasarnya adalah makhluq yang memiliki tabi’at mesra, tetapi sering lupa, dan memiliki gejolak keinginan yang tak pernah berhenti.

Selagi manusia dalam keadaan lupa diri dan dalam pengaruh gejolak jiwa dan keinginannya, maka manusia tidak dapat merasakan ketenangan dan ketentraman hidup. Maka manusia dalam kehidupannya akan selalu mencari ketenangan, kenyamanan, ketentraman, keharmonisan, dan kedamaian dalam hidupnya. Baik di lingkungan keluarga maupun kehidupan berbangsa. 

Mengutip perkataan guru besar Ilmu Psikologi Islam UIN Jakarta, Achmad Mubarok, “Dari keluarga sakinah hingga keluarga bangsa”. Secara implisit, dapat dimaknai sebagai kedamaian suatu negara karena telah terbentuk masyarakatnya hidup rukun dari masing-masing keluarga yang harmonis dan tentram. Istilah ini menurut bahasa Arab disebut sebagai usratun sa’īdah atau keluarga bahagia.

Dengan demikian, tentulah manusia harus senantiasa berusaha menjadikan jiwanya ke dalam kondisi jiwa yang tenang, jiwa yang muṭmainnah, suatu kehidupan yang mendapatkan ridho Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Fajr:

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan-mu dengan hati yang ridho dan diridhoi oleh Allah, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku (hamba-hamba Allah), dan masuklah ke dalam Surga-Ku.” [Q.S al-Fajr: 27-30]

Jiwa yang tenang atau nafsu muṭmainnah juga berkaitan dengan kehidupan dalam keluarga dan kehidupan bersama umat manusia, bahkan jiwa yang tenang berkaitan dengan keharmonisan kehidupan bernegara. Bila negara aman tentu kita akan dapat beribadah dengan khusyu’, tenang, dan nyaman.

Fi As-Silmi Kāffah

Saat ini, suasana bangsa kita dalam keadaan tenang, tentram, kondusif, harmonis,  dan damai. Tugas kita adalah keep and preserve (jaga dan melestarikan) kondisi tersebut, seraya menahkikkan diri agar tidak terjebak dalam pusaran permusuhan dan kebencian. Sebab kita sama sekali tidak berharap negara kita masuk ke dalam pusaran konflik atau perseteruan. Ukhuwah Islamiyah, ukhuwah basyariyah dan ukhuwah waṭaniyah benar-benar kita buktikan sebagai perekat kehidupan dan keseharian kita semua.

Kita harus bisa menjaga persaudaraan hidup sesama umat Islam dan harus menjaga persaudaraan hidup sesama umat manusia. Maka dari itu, kita akan dapat menegakkan persaudaraan kehidupan berbangsa. Kita harus menjaga toleransi kehidupan bersama di dalam bernegara.

Di Indonesia, kondisi hidup ditengah masyarakat yang pluralistik, maka tentulah kita harus sepakat memahami pluralisme dalam kehidupan ini, memahami perbedaan yang dapat menumbuhkan kepada kita rasa saling menghargai dan saling menghormati. Karena itu, apabila terdengar orang yang mengesankan Islam sebagai agama radikal dan anti perdamaian, itu hanya akibat pemahaman yang keliru dan belum mengerti sejatinya Islam itu adalah agama yang ramah dan mencintai kedamaian, Islam benar-benar agama yang menjunjung tinggi toleransi, baik terhadap sesama muslim maupun kepada seluruh umat manusia.

Banyak ayat dan hadis yang menyatakan tentang hal itu. Bahkan, nama Islam itu sendiri sejatinya berarti ‘damai’, ‘selamat’, ‘kepasrahan’, kepatuhan terhadap syari’at dan hukum-hukum Allah SWT. Seperti dalam firman Allah:

“Masuklah kalian ke dalam Islam, ke dalam prilaku damai, ke dalam kepasrahan, ke dalam ruang keselamatan secara keseluruhan, secara totalitas.”  [Q.S. al-Baqarah: 208].

Merujuk kepada maksud ayat diatas, —tentu jika saja kita mengacu kepada Islam yang berarti ‘damai’ atau ‘selamat’— maka arti ayat tersebut kurang lebih berbunyi, “Masuklah kalian ke dalam kedamaian secara keseluruhan” atau “Masuklah kalian ke dalam keselamatan secara totalitas.”

Hal ini artinya, tatkala seorang mendeklarasikan dengan menyatakan dirinya memeluk Islam, maka dia harus siap menjalankan konsekuensi keislamannya, yaitu menciptakan kedamaian dan keselamatan. Damai dalam pengertian kewajiban bersama yang harus dilakukan umat Islam; dan selamat dalam pengertian untuk orang lain sesama umat manusia, mereka juga harus selamat dari segala bentuk kekerasan, penindasan, penghinaan, penganiayaan dan seterusnya. 

Ayat tersebut dengan sangat jelas mengisyaratkan bahwa umat Islam harus totalitas menjaga kedamaian dan keselamatan kehidupan bersama di dunia ini. Bukan saja memberikan rasa damai kepada golongan tertentu atau kepada orang yang seakidah saja, melainkan juga kepada sesama manusia, bahkan seluruh alam atas dasar kasih sayang dan saling mencintai.

Mari perhatikan kembali ayat Alquran yang berbunyi:

Page 1 of 2
12Next
Tags: hijrahIndonesiaMuslim IndonesiaperdamaianUkhuwah BasyariyahUkhuwah IslamiyahUmat Islam
Previous Post

Inspirasi Surat Ali Imran 133-136 tentang Kriteria Orang yang Bertakwa

Next Post

Dār al-Islām Itu Apa?

Fadhil Ashari

Fadhil Ashari

RelatedPosts

Rasulullah SAW Teladan dalam Segala Aspek Kehidupan
Gagasan

Rasulullah SAW Teladan dalam Segala Aspek Kehidupan

09/09/2025
hukum alam
Gagasan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
teologi kemerdekaan
Gagasan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam
Gagasan

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
agama cinta
Gagasan

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

17/07/2025
Next Post
Dār Al-islām Itu Apa?

Dār al-Islām Itu Apa?

Arah Pendidikan Nasional: Antara Sekuler Atau Islamis | Bulletin Islamina Vol. 2 No. 15

Arah Pendidikan Nasional: Antara Sekuler atau Islamis | Bulletin Islamina Vol. 2 No. 15

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

gerakan gen z

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (2)

13/09/2025
asia spring

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (1)

12/09/2025
Rasulullah SAW Teladan dalam Segala Aspek Kehidupan

Rasulullah SAW Teladan dalam Segala Aspek Kehidupan

09/09/2025
hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    328 shares
    Share 131 Tweet 82
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    311 shares
    Share 124 Tweet 78
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    268 shares
    Share 107 Tweet 67
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    258 shares
    Share 103 Tweet 65
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.