Salah satu kesalahan kelompok radikal yang mengatasnamakan agama adalah kegagalan dalam memahami teks. Bisa jadi bukan sebuah kegagalan, tetapi kesengajaan untuk melakukan pemaksaan teks berdasarkan kepentingan politik yang mereka agendakan. Salah satunya adalah memahami istilah jahiliyah.
Kelompok radikal pada umumnya menilai dunia barat dan Islam saat ini kembali kepada era “Jahiliyah”. Mereka mempersamakan kehidupan kini dengan apapun perkembangan yang sudah ada dengan kehidupan Arab Jahiliyah sebelum datangnya Islam. Atas dasar itu, mereka menghakimi mereka di luar kelompoknya sebagai orang kafir musyrik di zaman jahiliyah.
Memeriksa Kembali Istilah Jahiliyah
Kata Jahiliyah berasal dari kata Al Jahl atau bodoh yang berarti lawan kata mengetahui atau Al Ilmi. Dalam kitab Tarifaat Imam Al Juwaeni dikatakan bahwa Jahil adalah meyakini sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya. Oleh karena itu, jahiliyah atau bodoh adalah tidak mengetahui hakekat sesuatu sama sekali atau mengira sesuatu yang berbeda dengan kenyataannya.
Pertanyannya apakah boleh mensifatkan kehidupan orang Islam saat ini dengan Jahiliyah yang sama dengan kehidupan Jahiliyah sebelum datangnya Islam?Untuk menjawab pertanyaan ini alangkah baiknya kita kembali menggali istilah-istilah jahiliyah yang dapat ditemukan dalam Al Qur’an dan Hadis.
Sejumlah pakar menjelaskan bahwa Jahiliyah masyarakat Arab pada saat itu tidaklah seperti Jahiliyah dalam arti kata “bodoh” yang kita pahami secara sederhana. Sebelum Islam datang bangsa Arab telah memiliki tatanan tersendiri bahkan mereka terkenal mahir dalam berniaga sehingga kota Mekkah menjadi pusat wisata dan rekreasi masyarakat disekitarnya. Ini artinya jahiliyah yang dimaksud disini memiliki arti tersendiri bukanlah jahiliyah yang kita pahami secara sederhana.
Istilah Jahiliyah dalam Al Quran dan Hadis
Jahiliyah adalah penyebutan untuk sebuah masa di mana Islam belum ada. Seseorang dikatakan Jahiliyah karena kebodohan yang berlebihan. Terdapat empat sifat jahiliyah menurut Al Quran yaitu “ Dhannal Jahiliyah (Prasangka Jahiliyah); Hukmul Jahiliyah (Hukum Jahiliya), Tabrrajul Jahiliyah (Gelamor Jahiliyah) dan Hamiyatul Jahiliyah (Fanatisme Jahiliyah).
Keempat sifat ini ditemukan dalam ayat-ayat Alquran yang semuanya diturunkan di Madinah. 1). Dhannal Jahiliyah (Prasangka Jahiliyah) terdapat dalam surah Al Imran Ayat 154. 2) Hukmul Jahiliyah (Hukum Jahiliya) terdapat dalam surah Al Maidah Ayat 50. 3) Tabarujul Jahiliyah (Kegelamoran Jahiliyah) terdapat dalam surah Al Ahzab Ayat 33. 4) Himayutl Jahiliyah (fanatisme jahiliyah) terdapat dalam surah Al Fatah ayat 26.
Sementara dalam penelusuran hadist, Rasulullah memberikan sifat kepada masyarakat jahiliyah sebagai berikut : angkuh dengan hartanya, memandang enteng keturunan dan meminta pertolongan kepada bintang-bintang dan mengangis secara keras dan suka menumpahkan darah dan memakan riba sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis sebagai berikut : Ada empat perilaku jahiliyah yang ada pada ummatku yang tidak akan ditinggalkan yaitu kebanggaan terhadap keturunannya , memandeng enteng keturunan lain dan meminta pertolongan kepada bintang dan menangis secara keras.
Pandangan Ulama tentang Jahiliyah
Selanjutnya, bagaimana pandangan ulama terhadap istilah jahiliyah. Secara sengaja kami akan tunjukkan beberapa pandangan ulama yang tersohor khususnya dari kalangan ulama yang selama ini dijadikan rujukan kelompok radikal ekstrim. Apakah ulama-ulama tersebut juga menghakimi kondisi kekinian dengan jahiliyah?
Pertama, Salih Al Ustaimin al Tamimi. Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Salih bin Muhammad bin Sulaeman bin Abdurrahman Al Utsaimin Al Wahibi Al Tamimi. Ia adalah seorang ulama besar pada masanya dan banyak menulis buku-buku yang menjadi pegangan bagi murid-muridnya di kemudian hari antara lain Syarhul al Aqidah Al Wasitiyah , Syarhul Muqaddimatul Tafsir , Asmaulllah Wa siaftiah wa maqiful ahlussannaminha dan masih banyak lagi buku-buku lainnya.
Salih Al Ustaimin mengatakan bahwa yang dimaksud dengan jahiliyah adalah mereka yang sebelum diutusnya Nabi. Pada saat itu manusia diselimuti oleh sifat kebodohan tentang hak-hak Allah dan hak hambanya. Ia mengatakan bahwa teriak atau menangis secara keras adalah bagian dari karakter utama orang-orang jahiliyah.
Penggunaan jahiliyah terhadap masyarakat Islam saat ini sama halnya dengan mengkafirkannya. Tindakan ini sudah tentu memiliki dampak negatif terhadap kaum muslimin bahkan terkesan ada penyelewengan dan pengrusakan terhadap syariat Allah. Benar! Memang terkadang perilaku seseorang mencerminkan kejahiliyahan begitu pula sikap dan perilaku sebagian masyarakat, tetapi ini tidak bisa dijadikan alasan untuk menghakimi masyarakat muslim saat ini sebagai kaum jahiliyah apalagi menganggap mereka sama dengan jahiliyah di masa sebelum kenabian.